Saturday, December 15, 2012

Pendidikan yang Membebaskan (dari Totto Chan dan Freire) – Refleksi untuk Para Pendidik


Ini adalah sambungan dari tulisan saya sebelumnya, agak lebih panjang dari sebelumnya, semoga tidak bosan membacanya, masih bicara tentang pendidikan “anti mainstream” (istilah yang lagi trend saat ini) yang mencoba mendobrak pendidikan ala kapitalistik modern dengan pendidikan yang membebaskan dan menyentuh nilai-nilai humanis. jika sebelumnya saya hanya bicara prolog bahwa trend sekolah alternatif kini mulai menggeliat seiring dengan akumulasi kecemasan public atas persoalan pendidikan yang dalam bahasa Freire dinyatakan sebagai pabrik pencetak para penindas. untuk kali ini saya akan berbagi bagaimana sebenarnya pendidikan yang membebaskan itu berdasarkan perspektif tetsuko kuroyanagi dalam bukunya totto chan dan pemikiran Freire yang banyak mengilhami lahirnya sekolah-sekolah alternatif saat ini.

Saya ingin memulai dengan satu realitas yang mungkin berlaku untuk sebagian besar kasus walaupun tidak bisa dianggap bersifat keseluruhan bahwa saat ini pendidikan disekolah hanyalah proses transfer belaka. Anak-anak yang dianggap tak tahu diisi kepalanya oleh pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki guru. Jika saja ada anak yang menolak karena berpikir ia tak butuh, atau apa yang dikatakan guru salah, siap-siap saja dikucilkan. Guru bak manusia ½ dewa!” realitas ini kemudian coba diketengahkan tetsuko kuroyanagi dalam novelnya Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela, novel ini adalah kisah nyata masa kecil tetsuko saat bersekolah di sebuah sekolah “unik” bernama tomoe gakuen di Tokyo, jepang. sebelum perang dunia kedua.

Tetsuko bercerita tentang masa kecilnya, betapa dia dianggap sebagai anak yang nakal sebelum sekolah di tomoe, bahkan kemudian dia dikeluarkan dari sekolahnya karena dianggap sebagai anak yang nakal dan tidak bisa diatur. Totto chan memang anak yang lincah dan memiliki keingintahuan yang besar, keingintahuannya ini mendorongnya untuk mengeksplorasi segala sesuatu disekelilingnya. Hal ini tidak benar-benar dipahami oleh guru kelas totto chan yang menganggap itu sebagai sebuah masalah hingga dia harus dikeluarkan, dan mama (ibu totto chan) kemudian memindahkan totto chan ke tomoe gakuen, dan disinilah kisah hebat itu dimulai.

Tomoe gakuen adalah sekolah yang unik, gedung Tomoe gakuen terdiri dari gerbong kereta api yang sudah tak terpakai lagi. Sang Kepala sekolah, Mr. Kobayashi, tampaknya sengaja melakukan ini, menyiratkan: di mana saja kita bisa belajar, tak terkecuali di dalam gerbong kereta api. Tidak hanya ruang kelasnya, Tomoe Gakuen juga menerapkan pola pengajaran yang berbeda dari sekolah kebanyakan. Semua siswa diizinkan untuk mengubah urutan pelajaran sesuka hatinya. Di sana, anak-anak juga bebas mau belajar apa. Totto-Chan boleh memilih pelajaran seni rupa terlebih dahulu, sementara kawan-kawannya mengambil pejaran yang lain. Tak ada masalah. Dan selama belajar guru hadir bukan sebagai orang yang maha tahu, tapi sama-sama belajar, berdialog, tentang pelajaran apa yang mereka lakukan hari itu. Kepala sekolah dan gurupun lebih menekankan pada pengalaman langsung sehingga pembelajaran kerap dilakukan di luar kelas. Disalah satu bagiannya diceritakan sang guru mengajak anak-anak berjalan-jalan setelah mereka menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Hal yang menarik adalah guru menggunakan kesempatan itu untuk mengajarkan sejarah dan biologi kepada siswa-siswanya dengan cara yang menyenangkan. Di bagian lain, siswa belajar bercocok tanam di ladang ataupun mengunjungi rumah sakit untuk menghibur korban perang. Adapula bagian dimana kepala sekolah sengaja membiarkan para siswa berenang tanpa pakaian di kolam renang atau merancang sebuah kompetisi olah raga untuk meningkatkan kepercayaan diri Yasuaki Chan yang mengalami kelainan fisik. Totto chan dan teman-temannya tidak hanya belajar tentang pengetahuan akademik tetapi juga tentang persahabatan dan kemanusiaan.

Kepala sekolah, Mr Kobayashi adalah sosok yang sangat mencintai pendidikan dan anak didiknya. Gagasan-gagasan uniknya merupakan manifetasi dari pemahamannya yang mendalam tentang psikologi perkembangan anak, euritmik salah satunya. dalam buku ini disampaikan dengan lugas betapa besarnya peran seorang pendidik amat mempengaruhi perkembangan jiwa seorang anak. Selalu terngiang dalam pikiran Totto-Chan perkataan kepala sekolah Tomoe, “Totto-Chan, kamu benar-benar anak yang baik”. Kalimat ini diucapkan oleh kepala sekolah berulang-ulang sehingga membuat kepercayaan diri Totto-Chan tumbuh. Sikap kepala sekolah menjadikan Totto chan tumbuh menjadi anak yang cerdas dan humanis.

Banyak sekali pesan tentang “pendidikan yang membebaskan” dalam novel tersebut, begitu juga dengan pemikiran filsafat Paulo Freire yang juga bicara tentang pendidikan yang membebaskan, dalam praksis pendidikan Freire pendidikan adalah proses menumbuhkan pemahaman kritis sehingga kaum tertindas mampu dengan dayanya keluar dari hegemoni para penindas dan manusia menjadi mahluk yang humanis. freire menilai bahwa pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri. Menurut freire sistem pendidikan yang pernah ada dan mapan selama ini dapat diandaikan sebagai sebuah “bank” (banking concept of education), dimana pelajar diberikan ilmu pengetahuan agar ia kelak dapat mendatangkan hasil dengan lipat ganda. Jadi anak didik adalah obyek investasi dan sumber deposito potensial. Mereka tidak berbeda dengan komoditi ekonomis lainnya yang lazim dikenal. Deposito atau investornya adalah para guru yang mewakili lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mapan dan berkuasa, sementara depositonya adalah berupa ilmu pengetahuan yang diajarkan pada peserta didik. Anak didikpun lantas diperlakukan seperti ‘bejana kosong’ yang akan diisi, sebagai sarana tabungan atau penanaman modal ilmu pengetahuan yang akan dipetik hasilnya kelak. Jadi guru adalah subyek aktif, sedang anak didik adalah obyek pasif yang penurut, dan diperlakukan tidak berbeda atau menjadi bagian dari realitas dunia yang diajarkan kepada mereka, sebagai obyek ilmu pengetahuan teoritis yang tidak berkesadaran.

Dalam pandangan seperti tadi, pendidikan akhirnya bersifat negatif dimana guru memberi informasi yang harus ditelan oleh murid, yang wajib diingat dan dihapalkan. Secara sederhana Freire menyusun daftar antagonisme pendidikan ‘gaya bank’ itu sebagai berikut : Pertama, Guru mengajar, murid belajar. Kedua, Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa – apa. Ketiga, Guru berfikir, murid difikirkan. Keempat, Guru bicara, murid mendengarkan. Kelima, Guru mengatur, murid diatur. Keenam, Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menuruti. Ketujuh, Guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya. Kedelapan, Guru memilih apa yang akan diajarkan, murid menyesuaikan diri. Kesembilan, Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan wewenang profesionalismenya, dan mempertentangkannya dengan kebebasan murid – murid. Kesepuluh, Guru adalah subyek proses belajar, murid obyeknya.

Oleh karena itu guru yang menjadi pusat segalanya, maka merupakan hal yang lumrah jika murid-murid kemudian mengidentifikasikan diri seperti gurunya sebagai prototip manusia ideal yang harus ditiru, harus diteladani dalam semua hal. Implikasi lebih jauh adalah bahwa pada saatnya nanti murid-murid akan benar-benar menjadikan diri mereka sebagai duplikasi guru mereka dulu, dan pada saat itulah akan lahir lagi generasi baru manusia-manusia penindas. Jika di antara mereka ada yang menjadi guru atau pendidik, maka daur penindasan segera dimulai dalam dunia pendidikan, dan demikian terjadi seterusnya. pola pendidikan seperti itu paling jauh hanya akan mampu mengubah ‘penafsiran’ seseorang terhadap situasi yang dihadapinya, namun tidak akan mampu mengubah ‘realitas’ dirinya sendiri. Manusia menjadi penonton dan peniru, bukan pencipta.

Tak puas dengan pendidikan model ini, Freire menawarkan pendidikan hadap masalah. Anak didik menjadi subyek yang belajar, subyek yang bertindak dan berpikir, dan pada saat bersamaan berbicara menyatakan hasil tindakan dan buah pikirannya. Begitu pula sang guru. Jadi keduanya (murid dan guru) saling belajar satu sama lain, saling memanusiakan. Dalam proses ini, guru mengajukan bahan untuk dipertimbangkan oleh murid dan pertimbangan sang guru sendiri diuji kembali setelah dipertemukan dengan pertimbangan murid-murid, dan sebaliknya. Hubungan keduanyapun menjadi subyek-subyek, bukan subyek-obyek. Obyek mereka, adalah realita. Maka terciptalah suasana dialogis yang bersifat intersubyektif untuk memahami suatu obyek bersama. Secara sekilas pendidikan ini menawarkan model dimana guru dan murid sama-sama belajar demi merumuskan dan memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Tak ada yang merasa lebih tahu, guru bisa menjadi murid, murid bisa menjadi guru. Dengan kata lain: semua orang itu guru.

Itulah kira-kira pendidikan yang membebaskan berdasarkan perspektif Tetsuko Kuroyanagi dalam bukunya Totto Chan dan Pemikiran filsafat Paulo Freire yang fenomenal, konsep ini kemudian menjadi inspirasi banyak gerakan pendidikan. Ini juga menjadi renungan bagi para pendidik untuk lebih melihat anak didik sebagai manusia yang utuh, seperti mimpi Tetsuko Kuroyanagi ketika menulis Totto Chan, Tetsuko bermimpi tiap anak dapat merasakan apa yang ia rasakan ketika ia bersekolah di Tomoe Gakuen, sekolah yang membebaskan!!!

Belajar Dari Negeri Skandinavia - Pendidikan di Finlandia

Finlandia adalah Negara yang terletak di wilayah skandinavia, Negara yang beribukota di Helsinki ini adalah Negara dengan predikat pendidikan terbaik di dunia, dari tahun ke tahun finlandia konsisten berada di ranking atas untuk Negara dengan kualitas pendidikan terbaik. pemeringkatan kualitas pendidikan dilakukan oleh PISA (Programme for International Study Assessment), sebuah studi internasional yang bertujuan mengevaluasi sistem pendidikan di dunia. Evaluasi 3 tahunan oleh PISA ini dilakukan dengan mengukur keterampilan dan pengetahuan siswa berusia 15 tahun yang diplih secara acak Bidang yang diukur adalah membaca, matematika dan sains.[1]

Konsistensi Finlandia mendapatkan peringkat atas dalam tes PISA membuat banyak pakar pendidikan ingin tahu penyebabnya. Menurut situs University of Helsinki, kemajuan pendidikan di Finlandia dimulai pada abad 19. Saat itu, Uuno Cygnaeus, “bapak pendidikan dasar” Finlandia mencetuskan ide bahwa kelas yang paling baik adalah kelas di mana murid lebih banyak berbicara dibanding guru. Selain itu, tokoh-tokoh pendidikan di Finlandia juga memakai pandangan John Dewey dalam pendidikannya, yaitu belajar dengan mempraktikkannya.[2] Iklim belajar siswa-siswa sekolah di finlandia sangat berbeda dengan Indonesia. Pendidikan di sekolah berlangsung rileks sehingga siswa tidak merasa sekolah sebagai aktivitas yang membosankan seperti di Indonesia. Saat masuk kelas siswa harus melepas sepatu, jadi ketika proses belajar mengajar mereka hanya berkaus kaki didalam kelas. Belajar aktif diterapkan guru di dalam kelas, siswa didorong untuk lebih banyak berbicara daripada guru di kelas. Semua guru di sekolah-sekolah Finlandia adalah tamatan S2 dan dipilih dari the best ten lulusan universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur. Di dalam kelas frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanyalah Matriculation Examination untuk masuk PT. masalah anggaran, pemerintah memberikan porsi anggaran untuk sekolah swasta sama besar dengan anggaran untuk sekolah negeri.

Masalah kualitas guru di Finlandia kiranya tak perlu dipersoalkan mutunya. Sudah dipastikan guru-guru di Finlandia adalah guru bermutu tinggi. Karena para guru dipilih yang paling berkualitas dan terlatih. Dan untuk bisa kuliah di jurusan pendidikan harus bersaing ketat, lebih ketat ketimbang persaingan di fakultas-fakultas bergengsi lainnya. Biasanya dari 7 peminat hanya 1 orang saja yang diterima. Padahal di Finlandia gaji guru tidak begitu besar. Tetapi negara dan rakyat Finladia menempatkan guru sebagai jabatan terhormat dan mereka yang menyandang jabatan itu pun juga merasa mendapat sebuah prestisius dan kebanggaan. Puncak kebanggaan mereka berhasil mendidik anak didik bukan berhasil memanipulasi nilai siswa. para guru di Finlandia akan selalu mengatakan “Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya.”[3]

Di dalam kelas, sangat jarang ada guru yang berdiri di depan kelas dan memberikan ceramah selama 50 menit. Siswalah yang menjadi pusatnya, dengan menentukan sendiri target mingguan dengan guru, pada bidang tertentu dan memilih tugasnya sendiri. Sehingga yang terjadi di kelas adalah: siswa berjalan kesana kemari, mengumpulkan informasi, bertanya pada guru dan bekerja sama dengan siswa lain dalam kelompok kecil. Desain pembelajaran semacam ini dikembangkan secara lokal oleh guru di sekolah. Sehingga, guru selalu ditantang untuk membuat kurikulum dan mengembangkan evaluasi kinerja yang sesuai dengan kondisi sekolah. Untuk itu saat menjalani pelatihan, guru dibekali dengan keterampilan mengajar siswa yang memiliki gaya belajar beragam, termasuk yang berkebutuhan khusus. Penekanannya adalah pada multikulturalitas dan pencegahan munculnya kesulitan belajar dan pembedaan. Dan pada akhirnya, slogan no child left behind pun menjadi nyata.

Kurikulum di Finlandia pun tidak terlalu ‘akademis’ seperti yang dibayangkan ada di negara dengan pencapaian akademis yang tinggi. Siswa di sekolah-sekolah Finlandia mengikuti jam belajar yang lebih sedikit. Sekolah dan guru diberi kebebasan dalam menentukan kurikulum, metode pengajaran dan juga materi ajar. Guru-guru juga mengadakan pertemuan, setidaknya satu kali dalam seminggu, untuk secara kelompok, merencanakan dan mengembangkan kurikulum. Di dalam pertemuan tersebut, semua guru didorong untuk saling berbagi material.[4]

Prinsip kurikulum pendidikan Finlandia adalah” Less is More“. Sekolah berfungsi sebagai tempat belajar dan eksplorasi potensi dimana sekolah menjadi lingkungan yang relaks dan tidak terlalu mengikat siswanya dengan jam belajar dan kapasitas tugas yang tidak terlalu membebani siswa. Di samping itu, tidak ada sistem peringkat untuk prestasi akademik dan ujian standarisasi dari tingkat sekolah dasar sampai dengan menengah pertama. Para siswa juga baru diuji dengan ujian standarisasi pada sekolah menengah tingkat akhir. Ujian ini pun bersifat optional, hanya bagi mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Bagi yang tidak mengikuti ujian, tetap bisa melanjutkan ke institusi pendidikan yang berorientasi ke praktek dunia kerja. Sistem pendidikan Finlandia sangat menitikberatkan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Finlandia optimis bahwa hasil terbaik hanya dapat dicapai bila kita lebih memperhatikan siswa yang kurang daripada terlalu menekankan target kepada siswa yang unggul. Dengan begitu, tidak ada anak-anak yang merasa tertinggal. Finlandia terbukti mampu mencetak anak-anak berprestasi di bidang akademik tanpa harus mengikuti standarisasi akademik konvensional yang kaku.[5]


[1]  Organisation for Economic Co-operation and Development. (2012). About PISA
[2]  Siina , V. (2012, January 25). News & Events.
[4]  Darling-Hammond, L. (2012, November). What we can learn from Finland’s successful school reform
[5] Anonymous. Kurikulum pendidikan finlandia : less is more (http://mjeducation.co/kurikulum-pendidikan-finlandia-less-is-more/

Akumulasi Kecemasan itu Bernama “Sekolah Alternatif”

Kemarin, untuk kali kedua saya bertemu pak din pendiri sekolah alternatif qaryah thoyibah tapi beliau lebih suka menyebutnya kelompok belajar qaryah thoyibah atau disingkat KBQT di tingkir, Salatiga. Memang sejak pertama kenal sekolah satu ini dari pelatihan FIM di cibubur oktober lalu, ketertarikan saya terhadap dunia pendidikan seperti meluap-luap. Alasan pertama adalah karena sejak dulu memang saya memimpikan suatu saat nanti bisa mendirikan sekolah dan perpustakaan bagi anak-anak kurang mampu di desa saya, sehingga semua anak merasakan indahnya dunia dari kemilau ilmu pengetahuan yang mereka pelajari, tentu dengan Cuma-Cuma tak perlu mengerutkan dahi memikirkan biaya. Alasan kedua berangkat dari keprihatinan saya terhadap realitas pendidikan saat ini, kompleksitas permasalahan dunia pendidikan seperti benang kusut yang terus mengusut dari hari ke hari, kalian pasti tahu!

Dari pertemuan yang singkat itu saya menggali banyak hal tentang hakekat pendidikan. banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan dan rasanya sangat menyentuh realitas. Sejak itu, saya tertarik menggali lebih jauh filsafat dan teori-teori yang menginspirasi gerakan pendidikan semacam ini melalui buku dan internet, salah satu buku yang menginspirasi adalah novel karya tetsuko kuroyanagi berjudul Totto chan yang bercerita tentang betapa pendidikan harus menempatkan anak didik sebagai manusia seutuhnya, secara lebih humanis, karena mereka anak-anak didik bukanlah makhluk mekanis.  Novel ini sangat tajam menyentil dunia pendidikan saat ini, Tentu kita sadar sudah lama dunia pendidikan formal (sekolah) kita dikritik sebagai tempat yang kurang nyaman bagi siswa didik dalam mengeksplorasi dan menumbuhkembangkan jatidiri. Sekolah tak ubahnya kerangkeng penjara yang menindas para murid. Mereka harus menjadi sosok yang serba penurut, patuh, dan taat pada komando. Imbasnya, mereka menjadi sosok mekanis yang kehilangan sikap kreatif dan mandiri. Mereka belum terbebas sepenuhnya dari suasana keterpasungan dan penindasan.

Yang lebih mencemaskan adalah dunia persekolahan pendidikan kita dinilai hanya menjadi milik anak-anak orang kaya. Usai menuntut ilmu, mereka menjadi penindas-penindas baru sebagai efek domino dari proses dan sistem yang selama ini mereka dapatkan di sekolah. Sungguh sangat beralasan jika banyak pengamat pendidikan yang menilai bahwa dunia persekolahan kita selama ini hanya melahirkan kaum penindas. Sementara itu, anak-anak dari kalangan masyarakat kelas bawah yang tidak memiliki akses terhadap dunia pendidikan hanya akan menjadi kacung dan kaum tertindas.

Situasi keterpasungan dan ketertindasan yang berlangsung dalam dunia pendidikan kita, disadari atau tidak, telah menimbulkan resistensi dari para penggiat sosial. Mereka banyak merintis berdirinya pendidikan alternatif yang berupaya membebaskan peserta didik dari situasi keterpasungan dan penindasan. Kalau dalam dunia persekolahan kita identik dengan penyeragaman dan indoktrinasi,  pendidikan alternatif mencoba memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menentukan pelajaran yang disukai atau memilih jenis aktivitas yang sesuai dengan minat dan hobi mereka masing-masing, bebas upacara, bahkan bebas ujian. Tempat belajar pun tak selalu berada di sebuah gedung yang mentereng atau laboratorium ber-AC, tetapi bisa berlangsung di bawah jembatan, tepian rel kereta api, atau di gubug-gubug kardus.

Novel Totto chan hanya satu dari sekian inspirasi lahirnya sekolah-sekolah alternatif saat ini, selain novel tersebut mungkin pemikiran Paulo Friere adalah yang paling menginspirasi dari yang lain, Paulo Friere adalah tokoh pendidikan asal Brazil, Ia dikenal sebagai seorang tokoh yang sangat kontroversial lantaran keberaniannya menggugat sistem pendidikan yang telah mapan dalam masyarakat Brasil. Sistem pendidikan yang ada dianggap sama sekali tidak berpihak pada rakyat miskin, tetapi sebaliknya justru mengasingkan dan menjadi alat penindasan oleh penguasa. Karena hanya menguntungkan penguasa, menurut Freire, pendidikan yang hanya melahirkan kaum penindas semacam itu harus dihapuskan dan digantikan dengan sistem pendidikan yang baru. Bisa jadi, maraknya pendidikan alternatif semacam itu terilhami oleh ide-ide cemerlang dari Paulo Freire ini.

Wednesday, November 14, 2012

Ketika Cinta Datang Menghujam, Produktivitas Meningkat Tajam


Cinta…kita bicara soal cinta sekarang…oke, apa definisi cinta saudara-saudara? Ada yang tau? Haha…Menurut sumber dari internet yang baru saja saya dapat Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi terhadap objek tertentu. kira-kira seperti itu, Sebenarnya banyak definisi lain…tapi terlalu panjang kalo saya sebutkan satu-satu. Bukan untuk itu maksud tulisan ini dibuat…lagipula banyak dari kita yang mengatakan bahwa cinta adalah perasaan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata,  hanya hati yang bisa menerjemahkannya..asiiikkk :D, jadi percuma saja saya gambarkan cinta dengan banyak kata, lebih baik serahkan saja pada masing-masing hati manusia untuk menerjemahkannya sendiri. Betul begitu?? Apapun definisinya, yang jelas semua akan sependapat dengan saya jika cinta punya efek yang luar biasa, saat ia ditempatkan pada posisi dan porsi yang tepat…that’s goin’ to be an awesome effect, seseorang akan menjadi sangat produktif….ketika cinta datang menghujam, produktivitas meningkat tajam, dan itu terjadi pada diri saya…hehe

Ini adalah hasil penelitian yang saya lakukan dengan pendekatan historis, sampelnya adalah saya sendiri :D...taukah kalian? ternyata ada korelasi yang positif antara cinta dengan produktivitas, saya menjadi begitu produktif ketika mencintai sesuatu hal, itu yang terjadi…ketika saya SD contohnya, saya suka sekali menggambar…dan dari kecintaan saya itu saya bisa menghasilkan gambar-gambar yang indah, (ala anak SD tentunya :D) dan bahkan berani membuka jasa menggambar untuk teman2 yang lain saat ada PR menggambar dari ibu dan bapak guru, waktu itu gambar andalan saya adalah gambar pemandangan dengan gunung sebagai latar utama, pesawahan sebagai bumbunya dan realitas para petani sebagai sentuhan dramatisnya, (padahal waktu SD gk mikir segitunya) haha.. :D, dan satu lagi gambar andalan saya saudara-saudara, tokoh kartun kesayangan yang selalu  ditunggu kehadirannya setiap minggu walaupun cuma tayang di tipi setengah jam tiap minggunya (menjengkelkan…), dia adalah GOKU…yeaahhh!!! Saya yakin banyak dari kalian yang juga mengidolakan jagoan serial kartun dragonball ini…J, saat itu produktivitas menggambar saya tinggi sekali, hal tersebut terjadi tidak lain karena cinta…karena saya begitu cinta dengan aktivitas menggambar saat itu…

Ada lagi, saat SMP saya mulai menyukai sepakbola, sebenarnya suka dari SD tapi saat SMP lah rasa suka itu berubah menjadi cinta..(ihiiirrr…:D). karena kecintaan saya itu, saya rajin sekali berlatih…saya ingat sekali jaman2 itu masih ada acara tutorial bermain sepakbola di TVRI, setiap minggu jam 10.30…dan saya adalah salah satu penggemar setiannya (jaman itu internet belum ngetrend gan… :D) selesai menonton langsung saya praktekan di lapangan “jadi-jadian” di depan rumah, selain itu saya juga berlatih di SSB “burem” di kampung (ya walaupun burem tetep SSB namanya, haha…), dan dalam kurun beberapa minggu pernah juga bergabung dengan SSB yang katanya bagian dari akademi salah satu klub sepakbola ternama negeri ini. Segala upaya saya lakukan untuk mengasah kemampuan bermain sepakbola saya, itu tak lain karena ada cinta disana…hasilnya saat SMP saya terpilih menjadi bagian dari tim sekolah untuk ikut ambil bagian dalam pekan olahraga pelajar tingkat kabupaten atau POPDA tingkat SMP, walaupun akhirnya kandas, haha…hingga SMA saya masih menjadi tumpuan tim sepakbola sekolah, ikut di berbagai turnamen mewakili sekolah…walaupun belum pernah juara, #uppss :D, dan bersama teman-teman turut membangun smandaraya (ekskul sepakbola di SMA) bangkit dari kevakuman waktu itu…saya harus bilang sekali lagi bahwa itu karena cinta saudara-saudara. produktivitas meningkat luar biasa…

Oiya… saat kelas 2 SMA, saya jatuh cinta dengan ilmu hitung debit kredit dari negeri ratu Elizabeth bernama akuntansi. Tidak perlu saya jelaskan kenapa saya jatuh cinta, (bukan karena mau gebet orang lho, cintanya beneran tulus dari hati tanpa tedeng alih-alih.. :D) yang jelas dari kecintaan itu saya kemudian terpilih menjadi kontingen sekolah untuk ikut dalam berbagai ajang perlombaan termasuk olimpiade…terhitung sudah sekian trofi saya persembahkan untuk sekolah, yang tertinggi adalah saat menjuarai lomba akuntansi se-jabar dan banten di UPI bandung. Lagi-lagi karena apa??yappp…betul sekali, karena cinta saudara-saudara!! Kemudian produktivitas menulis saya juga meningkat tajam saat SMA, saat kecintaan saya terhadap aktivitas menulis sedang berada di level kurva tertinggi…puluhan cerpen (ala remaja ababil :D) berhasil saya hasilkan, puluhan puisi juga banyak sekali saya buat…bahkan sempat saya buat antologinya. Novelet pun sempat saya buat walaupun tidak selesai karena setelah saya baca ulang ternyata ceritanya “nggak bangettt”, hahaha…the point is..Semua bisa saya lakukan karena saya cinta dengan aktivitas2 itu…

Itu adalah sedikit bukti2 empiris yang saya himpun untuk mendukung hasil temuan saya bahwa cinta punya hubungan yang positif terhadap produktivitas, jadi produktivitas akan meningkat ketika cinta tumbuh menghiasi aktivitas yang kita lakukan. Sebenarnya masih banyak bukti-bukti yang lain…tapi berhubung batere laptop hampir habis, dicukupkan saja :D. saudara-saudaraku yang budiman…akhirnya saya harus menyimpulkan bahwa apapun aktivitas kalian, apapun pekerjaan kalian, apapun amanah kalian, atau siapapun gebetan kalian… (lhooooo….:D) landasilah dengan kecintaan…cinta yang tulus dari lubuk hati yang terdalam, karena dengan begitu, akan muncul energi potensial tersembunyi dalam diri kalian untuk mendorong kalian menjadi produktif. Produktif tingkat tinggi…sedangkan untuk saya pribadi ini masih menjadi PR yang kontinyu…karena memang kadang konsistensi sulit sekali di patri dalam diri. maka dari itu…mari sama-sama belajar untuk menjadi seorang pecinta yang produktif…asiiiikkk :D
Ketika cinta datang menghujam, produktivitas meningkat tajam !!!!

Mari bicara sistem Pendidikan…adakah yg keliru??


Denger2…Sekarang lagi rame barrack obama kepilih lagi jadi presiden amerika serikat ya? Negeri kita malah yang paling rame kyaknya…ngomong2 soal negeri paman sam sana, saya jadi tertarik buat post analisa kritis yg saya peroleh dari sumber internet sana sini soal pendidikan di AS dan Indonesia (awalnya sih cari bahan buat tugas, ehh banyak nemu pengetahuan baru soal system pendidikan)

Setelah saya baca tulisan dan referensi-referensi dari internet, saya ingin memaparkan kembali tentang perbedaan sistem pendidikan antara Indonesia dengan Amerika. Siapa yang lebih unggul ?? Mari kita lihat…let’s see

Di Indonesia (dan Negara-negara Asia), berdasarkan research murid level 9 sampai 12, yang diadakan, ranking petama dimenangkan murid dari Singapore, disusul Korea, Hongkong, dan Jepang. Lalu Ranking berpakah Amerika (USA) ? Ternyata USA ada diperingkat 20-an, dibawah Inggris dan Jerman.
Ini kutipan yang saya dapat dari internet

“Kesalahan (atau ketidak sempurnaan) system pendidikan di USA ini ya karena itu tadi, terlalu menonjolkan sikap kreativitas murid. Ini menurut saya kurang tepat, apalagi buat mereka yang masih di level dasar. Tahu apa mereka mengenai kreativitas..?? Kreativitas dari anak seusia ini adalah olah raga dan main game. Nggak heran kalau mereka cuman cengengas-cengengesan saat ditanya "berapa square root dari 144...?", atau "dimanakah Antartika ?".  Karena ya itu tadi, maunya kreatif, malah jadi nggak bisa apa2x. Being kreatif does not mean being smart,yes...??”

Saya mungkin sedikit setuju sama kutipan di atas. Tapi tunggu dulu….
Sistem Pendidikan, kita terlalu memaksa anak untuk dapat menguasai sekian banyak bidang studi dengan materi yang sedemikian abstrak, membuat anak merasa tertekan/stress yang dampaknya membuat mereka suka bolos, bosan sekolah, tawuran, mencontek, dan lain-lain. Yang pada akhirnya mereka tidak dapat mengerjakan ujian dengan baik. Apa hasilnya ??

Ya, yang ada anak-anak Indonesia mendapat tekanan. Tekanan dari tugas-tugas yang sedemikian menumpuk, belum lagi persoalan-persoalan yang dihadapi di lingkungan sekitar.  Anak-anak Indonesia hanya ingin mendapatkan nilai bagus dengan sedikit usaha, bahkan tidak sama sekali. Berlomba-lomba mendapatkan nilai bagus.. Adakah hasil atau ilmu yang di dapat ?? Sedikit, bahkan tidak ada. Menyedihkan bukan ?

Pernah nonton film “3 Idiot”??ada sebuah adegan dimana Seorang mahasiswa disuruh mengajar mekanik di hadapan dosen dan teman-teman sekelasnya. Lalu apa dia bisa mengajar. Tidak juga. Dia hanya menulis di papan dua kata yakni “Farhanitrate dan Prerajulisation. Dia menyuruh untuk menemukan arti dari kedua kata tersebut dan boleh menggunakan buku sebagai referensi dalam waktu 30 detik. Adakah yang berhasil menemukan artinya ?

Tidak ada, termasuk professor (Rektor) dari Universitas tersebut. Dapat disimpulkkan “mereka hanya berlomba-lomba mendapatkan nilai bagus, tanpa mengetahui akankah mereka mendapatkan sesuatu ilmu yang baru sebelum perkuliahan di mulai. Sebenarnya tidak ada arti dari kedua kata tersebut. Itu hanya nama temen-temen dekatnya saja, yakin Farhan dan Raju.

Buat apa memahami sebegitu komplit mata kuliah/pelajaran studi. Adakah yang dikuasai sepenuhnya? Apakah dengan sistem pendidikan begitu anak-anak akan kreatif ? Jawabannya sudah tentu tidak.

Berbeda dengan sistem pendidikan di Amerika, Sistem Amerika yang menitikberatkan kreativitas dan sangat diusahakan agar para siswa tertarik pada subjek yang dipelajari. Juga materi tidak hanya dari buku-buku saja, tetapi juga meneliti alam di sekitar.. Di Amerika anak-anak yang masih kecil sangat senang ke sekolah dan suka sekali mengerjakan tugas-tugas dari sekolah yang memang menarik…

Di sana tiap anak diterima dengan segala perbedaannya dan kemampuan kecil-kecil pun dihargai, sehingga anak termotivasi untuk belajar dan berprestasi…Kreativitas dan inisiatif sangat dihargai, motivasi untuk belajar dikembangkan dengan baik. Kreatifitas dengan menuruti imajenasinya dan mengerjakan sesuatu bukan karena harus menuruti kemauan guru…Sedang di Indonesia, jika berbeda dengan apa yang dikatakan guru, pasti tidak boleh berpikir sendiri…

Di Amerika semua anak diajarkan kreatif, kritis dan berani bertanya yang menimbulkan percaya diri anak meningkat, Disertai dengan kompetisi yang ketat membuat masing-masing individu semakin kritis, yang membuat level pendidikan terus meningkat. Sehingga melahirkan individu yang terbaik. Karena bisa menjadi sesuatu sesuai keinginannya.

Sedangkan di Indonesia kreatifitas dan sikap kritis tidak dikembangkan dari kecil, karena dibatasi oleh adanya kultur kita maka tidak bisa bersikap kritis. Oleh karena itu sistem pendidikan di dua Negara ini sangar berbeda. Rakyat Indonesia pintar. Tapi belum tentu kreatif, beda halnya dengan Rakyat USA. Mereka lebih kreatif, hal inilah yang menyebabkan mereka lebih mencintai belajar, karena segala kreatifitas individu orang, lebih dihargai.

Beberapa hari yang lalu juga saya dapati uraian ini dari seminar Forum Indonesia Muda (FIM 13) di cibubur…memang ada yg salah di system pendidikan kita saat ini. Pak bahrudin pendiri sekolah Qhoriah thoyibah di salatiga yang saat itu menjadi keynote speeker juga menguraikan hal yang sama…beliau adalah salah satu pendidik yang menerapkan model belajar ala “anak amerika” ini di sekolah yang dibuatnya sendiri. Dan bagaimana hasilnya?? Wawww….saya benar2 harus standing applause melihat presentasi hasilnya saat itu, ini bisa jadi satu bukti bahwa membenahi system pendidikan adalah keniscayaan…tapi lagi2 kebijakan adalah preferensi elit, dan jika begitu kita lagi2 harus berharap pada political will dari para policy maker, haha…gak ada habisnya kalo gitu mah yak!!! Tapi dalam seminar itu saya jadi berfikir, berharap saja pada harapan yang kedengarannya hampa itu rasanya gak solutif…bertindak akan jauh lebih konkret, seperti yang dilakukan pak bahrudin, beliau mendirikan sekolah sendiri untuk membuat perubahan…jadi perubahan tidak harus berawal dari top level saja, tapi juga bisa lewat grassroot….ya, mungkin kita tidak perlu membuat sekolah sendiri jika terlalu berat, mulai dari yang kecil2 saja, yang jelas kini yang perlu dilakukan adalah kumpulkan semangat, gagasan, dan mulai rangcang strategi untuk segera bertindak….mari berbenah !!!


SSSSSttttttttt….Ada Sidang Paripurna

Seminggu ini ada banyak hal menarik yang ingin saya soroti. Tapi satu-satu dulu deh…mulai dari hari kamis kemarin, jadi ceritanya hari kamis kemarin ada sidang paripurna di DPRD provinsi jateng dengan agenda pembacaan nota keuangan dan RAPBD provinsi jateng tahun 2013, dan saya kebetulan mendapat kesempatan untuk menyaksikan agenda tersebut. Ya semacam agenda kuliah, begitu kira-kira..sebenaranya sudah dari sebulan yang lalu permohonan untuk mengikuti sidang ini kami layangkan ke anggota dewan yang terhormat. Tapi kesempatan itu baru muncul kamis kemarin. Itupun dengan agenda sidang yang kurang “seksi”…asumsi saya memang sengaja agar tidak ada aksi yang tidak diinginkan dari para mahasiswa, but…tht’s oke!!  

Apa saja yang menarik saudara-saudara? Baik..kita awali dari keberangkatan saya ke TKP, jarkom “harus sudah dilokasi jam 8 pagi” dan saya berangkat dari kost jam 08.15, hahaha…ini kebiasaan buruk yang barangkali kadarnya sekarang sudah jadi kebiasaan baik untuk sebagian orang, kenapa begitu..?? karena eh karena ternyata yang datang setelah saya juga banyak sekali jumlahnya, :D kalo alasan saya datang agak siang karena saya tau sidang tidak mungkin dimulai jam 8 pagi, paling cepat dimulai jam 9, khusnudzon saya teman-teman pun berfikir sama dengan saya,hehe…tapi apapun alasannya tetap saja ini kebiasaan buruk, karena secara tidak sadar sudah ter-mindset di kepala kita untuk berontak terhadap nilai-nilai kedisiplinan, saya jadi berfikir, mungkin inilah awal mula berkembangnya kultur “jam karet” orang-orang kita, meremehkan jadwal, “ahh…paling juga yang lain terlambat”; “ ahh…paling juga mulainya jam 9”; “ ahh…lebih baik ditunggu orang daripada menunggu orang” and so on. Sebagian besar orang terjangkit penyakit ini, termasuk saya, hehe…ada lagi, ternyata bukan cuma saya dan mahasiswa lain yang terjangkit penyakit ini, anggota dewan yg terhormat juga kena saudara-saudara, kasiann ya…sidang dimulai dari jam 9.30 lebih dari jadwal yang jam 9…ya..keduanya sama2 salah sebenarnya walaupun dalam konteks yg berbeda, tapi tetap saja dari tribun penonton sayup2 kekesalan mahasiswa dengan jam karet ala anggota dewan ini membahana, termasuk saya tentunya…haha :D jangan2 seandainya saya jadi anggota dewan, tingkah saya sama saja seperti mereka. Semoga tidak, hehe…!!! Jadi pengusaha lebih menarik daripada jadi anggota dewan… :D but…saya harus bilang bahwa benar-benar kuat sekali budaya ini mengakar, kuat sekali!!!

Oiya…Saya suka sifat fair, jadi sebisa mungkin saya tidak ingin seenaknya menyalahkan orang lain…tapi untuk hal yang satu ini saya cukup kecewa dengan anggota dewan dan para  mahasiswa yang ikut menyaksikan sidang bersama saya. Kenapa?? Oke…begini, Sidang dimulai dengan pembacaan surat2 yg saya tidak faham kontennya…tapi tidak masalah, karena bukan itu yang penting, selanjutnya adalah pembacaan nota keuangan dan RAPBD jateng 2013 oleh pak gubernur. Ini yang penting, pidato pembacaan nota keuangan dan RAPBD 2013 disampaikan panjang sekali…dan seperti yang saya duga, sebagian besar anggota dewan tidak terlalu memperhatikan penyampaian pak gubernur, suasana sidang menjadi seperti suasana kafe dengan pak gubernur sebagai penyanyi keroncong yang sedang perform di depan panggung. Audience (anggota dewan) ada yang sibuk berbicang dengan rekannya (mungkin curhat soal keluarganya, atau bisnisnya, yang jelas bukan curhat soal sulitnya bayar spp anak, hehe).,ada yang sibuk dengan handphone nya (sepertinya itu blackberry, karena khusuk sekali si ibu itu degan hapenya sampe senyum2 sendiri :D), ada juga yang berusaha menopang dagu agar kepalanya tidak “njedot” meja karena ngantuk, bahkan ada yang sibuk dengan dandananya. Ini kan yang banyak kita dengar dan menjadi kritik dahsyat masyarakat terhadap anggota dewan kita?? Saya yakin, yang mendengar hal ini pasti kesal, “anggota dewan makan gaji buta, gak mikirin rakyat etc” saya pun kesal, mendengar saja kesal…melihat sendiri jauh lebih mengesalkan…tapi, dari sana saya mulai bisa memahami kenapa bapak-ibu yang terhormat berbuat demikian, mereka bosan!!semua orang di dalam ruang sidang bosan…karena saya pun bosan, bosan sekali mendengar penyampaian pak gubernur dengan suara yang sangat mendayu-dayu dan melenakan mata manusia itu, tidur memang solusi terbaik saat itu, niat hati mendengarkan apa daya mata ini tak sanggup terbuka…oke, tapi saya tidak akan membela anggota dewan yang terhormat, sebosan apapun, itu tugas mereka…dan mereka harus menjalankan tugas mereka dengan sebaik-baiknya, singkatnya…bosan tidak jadi alasan bagi mereka untuk abai terhadap konten agenda sidang yang menentukan nasib rakyat yang mereka wakili, jika bosan jadi alasan, lebih baik tidak usah jadi anggota dewan. Begitu kira2.

Nah…yang lebih mengecewakan saya justru para mahasiswa yang ikut menyaksikan sidang, ternyata tidak jauh berbeda dengan bapak-ibu anggota dewan yang terhormat. Saat pidato pak gubernur disampaikan, tidak sedikit dari mereka yang acuh bin abai, sama seperti para anggota dewan, yang lebih mengesalkan adalah sesi foto2 menjadi lebih penting daripada mengamati konten sidang, narsis ria di depan kamera dan di upload ke jejaraing social mungkin jauh lebih urgent daripada mengamati jumlah alokasi dana untuk urusan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, atau besar dana perimbangan provinsi dalam RAPBD 2013. So…apa bedanya pengkritik (mahasiswa) dengan yang dikritik (anggota dewan)?? Saya tidak ingin kesal membabi buta dan menyalahkan rekan2 saya…Ini cukup jadi refleksi untuk saya pribadi dan barangkali mahasiswa yang lain. Ada kalanya sikap-sikap yang kita lakukan di lapangan, atau di kehidupan nyata...tidak sesuai dengan apa yang kita perjuangkan atau suarakan lantang dalam forum2 diskusi ataupun di kelas. Saya selalu ingat kata prof warella bahwa saat ini memang musuh terbesar para birokrat muda adalah dirinya sendiri. Selain juga system yang mengkooptasinya pada budaya yang korup bin kongkalikong. Tidak heran, reformasi birokrasi yang dijalankan pemerintah seperti jalan ditempat, apalagi yang kaitanya dengan ethics, birokrasi korup dan acuh terhadap kepentingan rakyat sepertinya telah menjadi laten, karena generasi penerusnya sudah “kadung” punya mental yang sama seperti seniornya….

(tulisan ini saya buat dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada bapak-ibu anggota dewan yang terhormat dan rekan-rekan mahasiswa yang selalu berjuang untuk kemajuan bangsa)

Parenting itu Penting!!!


Parenting…sebenernya gw udah cukup lama denger vocab ini, tapi sumpah gw gak faham artinya, faham artinya aja enggak apalagi menganggapnya penting…gw baru membuka mata dengan ilmu yang satu ini pasca gw ikut Forum Indonesia Muda (FIM) 13 di Cibubur beberapa minggu yang lalu..waktu itu salah satu materi yang disampaikan adalah soal parenting, sebenernya bukan parenting sih…Cuma pembahasanya banyak tentang parenting, soalnya secara yang ngisi bunda Elly Risman gitu…beliau adalah konsultan parenting yang udah mendunia…ini nih gw coba ringkas materi yang gw dapet dari seminar itu,walaupun semuanya gak bisa gw tangkep semoga bermanfaat dan menyadarkan kita semua kalo ilmu ini memang penting buat calon2 orangtua….

Jadi intinya, menurut bunda Elly Risman beruntung banget di usia muda kita udah aware sama parenting…soalnya kn memang gak ada sekolah buat jadi ibu, jadi ayah…dan ternyata karena gak ada sekolah itu, banyak terjadi kesalahan dalam pendidikan dan pengasuhan anak…menurut bunda Elly, pola pengasuhan/parenting sekarang itu kayak sistem turun temurun…jadi apa yg diajarin ortu kita secara gak langsung biasanya akan kita ikutin ke anak kita dan bukan gak mungkin nanti kita juga akan menurunkan ke anak kita buat mengasuh cucu kita nanti,dstnya…

Padahal jaman udah berbeda, saat kita diasuh ortu kita 20 tahun lalu dengan sekarang…Kalau zaman 20 tahun dulu gak ada tuh yang namanya handphone/BB/laptop/free internet/games online dll…sekarang, bahkan anak SD udah pegang BB, teknologi semakin maju, semakin berat tantangan kita nanti sebagai ortu, bahkan mungkin jauh lebih berat dari sekarang utk bisa melindungi anak2 kita dan mengasuhnya agar terhindar efek negatif dari kemajuan teknologi itu…pornografi udah sangat mudah diakses, download konten2 porno udah kayak beli permen aja…intinya, tantangan kita sebagai calon ortu akan semakin berat kedepan…bunda Elly juga cerita soal kondisi anak2 sekarang, anak SD udah tau sex, udah pernah “nyicip” lagi, bahkan udah ada usia SD yang harus aborsi…astaghfirulloh

Menurut bunda Elly, ada yang salah dari pola pengasuhan anak, banyak orang tua yang salah membangun komunikasi dengan anak2 mereka…Itulah menurut bunda, sebenernya banyak dari orang tua are not ready to be a parents … alasannya karena kebanyakan dari orang tua:
- gak menguasai tahapan perkembangan anak
- gak menguasai cara otak anak bekerja
2 point itu berperan besar dan berpengaruh dlm membentuk kepribadian dan masa depan anak.
Salah satu yg penting dalam tahapan perkembangan anak adalah adanya komunikasi yg tepat dan bisa diterima…bunda Elly membuka seminar dengan video seorang ibu yang lagi marahin anaknya dengan suara mendayu, dan mimik muka si anak digambarin kaya orang ngantuk…setelah itu datang neneknya yang bicaranya 240 derajat beda..si nenek ini bicara nyerocos gak ada titik dan koma..anak itu digambarkan kaya diserang lebah dan lebah itu kaya masuk kuping kanan keluar kuping kiri…Menurut bunda Elly itu gambaran cara komunikasi orang tua saat ini yg rata2 ke anak suka nyerocos gak ada titik koma…atau kalaupun pelan malah terkesan kaya mendayu dan jadi lagu pengantar tidur…Dan itu sebabnya banyak kata2 yang sebenernya udah pernah diomongin ortu ke anak gak pernah ada yang nempel diotak anak. ya karena itu anak2 merasa orang tua mereka ngomong kaya lebah gak jelas…ternyata ada saat penting dimana jaringan otak kita/anak bisa terus mengingat sesuatu…
Ini yg penting :
BILA HATI SENANG ,OTAK MENYERAP LEBIH BANYAK/CEPAT…
Jadi kalau mau apa yang kita omongin itu nyangkut di otak, cari saat2 dimana Hati lagi HAPPY…dan itu berlaku bukan cuma kalau kita mau ngomong sama anak kita tapi utk SEMUA ORANG…Karena ada jaringan di otak yg kalau lagi HAPPY akan terbuka bagian itu dan sel2nya lebih cepat menyerap…huiiiiiii canggihhhhh ya, gw baru tau ada yang kayak gini…
Bunda Elly nyebutin ada 10 kesalahan dalam komunikasi pengasuhan/ parenting, istilahnya KELIRUMOLOGI (ini kayaknya istilah dibikin sendiri dehh :D) sayang gw gak inget penjelasanya satu2…intinya ada sepuluh
1.       Kalau Bicara Cepet2/Nyerocos…kayak contoh diatas tadi tuh
2.     Tidak Mengenali Diri Sendiri
Yang ini gw inget, Bunda elly nyuruh kita cari temen buat saling nanya apa kelebihan masing2 dlm waktu 3 menit dengan aba2 peluit…dan guees what : I felt so difficult to speak up what are my positive point, likely most of the participants quitely same as mine…hahahaa
kenapa sih kita susah cari tau nilai plus kita??? menurut bunda elly itu krn kita gak mengenali diri sendiri…makanya jgn sampe anak2 kita juga ngalamin hal ini…Kita susah memahami keunikan diri kita sendiri karena kita gak mau mencoba melihat ke dalam diri kita sendiri (NOT LOOK INTO OUR SELF),jadi kita gak tau detail apa aja kelebihan dan kekurangan kita… Kalau kaya gini,Kita aja gak tau diri kita sendiri gimana kita mau kenal anak kita which is completely other soul than mine’s…Nah lo?!?!?!
3.     Lupa Kalau Setiap Individu Itu Unik
Coba di inget2…pernah gak orang tua kita ngebanding2in kita sama anak org lain... (hampir semua partisipan senyum2 tanda kalo mereka pernah jadi korban, termasuk gw :D)…Padahal menurut Bunda Elly didalam Al quran (QS 3:6) aja ada tertulis : Allah sudah melukis setiap makhkluk dari mulai saat ia ada di rahim ibunya sesuai keinginanNYA…Jadi ya pasti tiap orang bakalan beda, even anak kembar sekalipun, walaupun ibu dan bapaknya sama…Jadi jangan banding2in anak kita nanti sama anak2 yang lain…percaya deh semua anak punya kelebihan dan keunikan masing2..
4.     Perbedaan : NEEDS and WANT (kebutuhan dan kemauan )
5.     Tidak Membaca Bahasa Tubuh
6.     Tidak Mendengar Perasaan
7.     Tidak Memisahkan Masalah Siapa
8.    Tidak Mendengarkan Aktif
9.     Selalu Menyampaikan : Pesan2 Kita
yang nomer 4 sampe 9 gw lupa, hehehe…tapi kira2 bisa bisa diterka2 sendiri lah maksudnya, nahh yang nomer 10 nih gw inget
10.Menggunakan 12 Gaya Populer Komunikasi Ke Anak
pas disebutin 12 gaya populer dalam berkomunikasi antara orang tua dan anak ternyata semuanya pernah gw alamin, dan semua partisipan juga sama…
1). Orangtua suka memerintah anak dengan bahasa yg kasar…dan bahkan mencoba berpikir utk anak…Coba pasti sering orangtua kita bilang gini : kamu pake baju ini ya…habis ini gini trs gitu…ternyata itu ga boleh..and so on… Kenapa???krn kalau kita trs2an berpikir, memilih dan ambil keputusan dan kemudian memerintahkan anak kita sesuai apa yg kita mau bukan yang anak mau…itu sama aja membesarkan anak jadi robot…anak gak diberikan hak dan otaknya tdk diajarkan utk berpikir,jadi anak hanya pasrah saja menuruti keinginan ortu…padahal hal tsb bahaya krn kalau trs-trsan bisa berdampak saat besar anak akan menjadi pribadi yg suka iri,melemahkan konsep dirinya…juga bisa menjatuhkan harga diri dan pd selain kemampuan berpikirnya juga jd rendah…dan anak akhirnya jadi korban kekerasan kata dan emosi..
2). Menyalahkan à Contoh : tuh kan udh dibilangin jangan lari,ntar jatuh..pas udah jatuh, bilang..tuh bener kan jatuh!!! Hindari kata2 menyalahkan ini…anak akan merasa gak di support
3). Meremehkan à Contoh : habis jatuh, trs menangis ,kita malah bilang : cuman gitu aja ko jatuhnya..gpp2, jangan nangis!!!
4). Membandingkan à contoh : udah jangan nangis, si A aja jatuh gak pernah nangis… :D
5). Mencap /Melabel à contoh : ini anak ya,cengeng banget/bandel banget/nakal banget…
6). Mengancam
7). Menasehati
8). Membohongi
9). Menghibur à menghibur yg salah…juga bisa bahaya..Contoh : anak jatuh ,berdarah terus ortu menghibur bilang : gpp dikit ini besok juga hilang (padahal bohong)…besoknya anak liat lukanya masih ada malah tambah sakit,mulai deh dia krisis kepercayaan..hahaha :D
10). Mengkritik
11). Menyindir
12). Menganalisa à Jangan pernah menganalisa masalah saat anak dlm kesulitan, krn gak akan membantu…senengin dulu hatinya baru dianalisa bersama..

Selain hal2 itu, bunda Elly juga cerita soal bahaya pornografi bagi anak, dan sialnya pornografi begitu mudahnya di akses anak jaman sekarang… intinya gini
Konten porno itu kayak candu, jadi orang yang udah kecanduan konten porno bakalan terus akses konten2 yang berbeda, ada bagian otak yang rusak karena itu…bunda Elly analogikan saat kita beli es krim coklat di suatu tempat dan kita nikmati es krim itu...ada syaraf di otak kita yang mendeteksi rasa nikmat,  saat kita datang ke tempat yang sama untuk belie es krim kita akan memilih es krim selain rasa coklat, kenapa?? karena kecenderungan otak akan mengirim pesan untuk merasakan rasa nikmat yang berbeda…(ini ilmiah lhoo…) sama kayak konten porno, orang yang buka satu konten porno pasti kecenderunganya dia gak akan buka konten yang sama..dia bakal nyari konten2 yang beda, begitu seterusnya…ini otak yang maenin…hayooooo??bener gak..

Makannya industry pornogafi gak pernah sepi, karena permintaan selalu ada…bahaya banget ya, dan ternyata juga ini bagian dari konspirasi kelompok tertentu yang mau ngrusak moral dan mental generasi muda jaman sekarang….Yang mereka inginkan, anak dan remaja kita memiliki MENTAL MODEL PORNO/CABUL à orang yang udah kecanduan pornorafi di otaknya ada yang namanya  perpustakaan porno, yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja…sama kayak kita hapal perkalian atau pembagian matematika, saat ditanya berapa 2x5 kita akan dengan mudah mengakses jawabanya di otak kita, karena kita udah punya perpustakaan matematika di otak kita…begitu juga pornografi….
Selain itu, mereka menginginkan adanya kerusakan otak permanen, dan hasil akhir yang diinginkan adalah INCEST!!! Brrrrrrr….sereemmmm kan??? Dan Sasaran tembak utama adalah Anak2 kita yang belum baligh. Karena buat mereka jika sudah mengalami 33-36 ejakulasi, dia adalah pecandu pornografi dan mereka adalah PASAR MASA DEPAN!!! Astaghfirulloh...
Dan yang lebih bahaya adalah saat hal itu terjadi, otak anak akan sangat terganggu….jadi  didalam otak tuh ada bagian yang disebut PRE FRONTAL CORTEX (PFC). PFC ini tempat dibuatnya moral, nilai2, dan bertanggung jawab untuk: perencanaan masa depan, organisasi, pengaturan emosi, control diri, konsekuensi dan pengambilan keputusan. PFC ini Matang diusia 25 thn…nah, Sekali anak mencoba “kenikmatan” semu itu, maka otak anak akan memproduksi Dopamin ( ket: suatu hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus/bagian otak belakang, semakin sering dopamine ini dihasilkan maka PFC akan semakin payah) maka anak akan merasa senang untuk kemudian timbul rasa bersalah.  Saat anak merasa senang tsb (kebanjiran Dopamin), maka yang akan terganggu adalah PFC nya, jadi kemampuan analisa, penilaian, pemahaman, pengambilan keputusan, makna hubungan, hati nurani, spiritualitas /iman akan terkikis…. mental anak akan tumbang dan akan menjadi mental model porno/ cabul dan ujungnya adalah INCEST, …dan ternyata bagian otak yang rusak karena Narkoba hanya 3 bagian saja, tapi oleh Pornografi/SEX: 5 bagian otak yang rusak!!! begitu kira2 penjelasan bunda Elly….

Akhirnya pertanyaan pun muncul..Siapkah kita menjadi orang tua??? dengan tantangan yang begitu hebat ini,,ngeri juga kalo gini ceritanya,,,oleh karena itu, parenting ini jadi satu ilmu yang bener2 penting buat para calon orangtua…bunda Elly cerita gimana ilmu ini begitu diperhatikan di negara2 skandinavia, gak heran negara2 disana jadi Negara yang pendidikannya paling keren, Negara2 paling maju pula…jadi menurut gw PARENTING itu PENTING, wajib ‘ain dipelajari sama calon orangtua….



Thursday, October 4, 2012

Pemulung dan Kita


Sekarang ini, di banyak tempat, di banyak kompleks perumahan, di kampung-kampung dan kawasan-kawasan rumah mewah, reaksi terhadap pemulung nampaknya mulai seragam. Di mulut-mulut gang mulai tertera peringatan yan sama;  pemulung dilarang masuk!

Ada apa ini?ditilik dar peran pemulung, tulisan ini sungguh merupakan kekeliruan. Tana pemulung, daur ulang sampah akan mengalami persoalan. Merekalah sejatinya “bakteri”pengrai yang menyehatkan ekosistem. Tapi, begitulah watak kita terhadap bakteri. Kita meremehkanya hanya karena mereka berada di tempat-tempat yang kotor dan busuk. Padahal, tanpa pembusukan, betapa akan menjadi mudah penuh jagat raya ini oleh remah-remah bikinan manusia. Jasi, betapa gegabah jika pemulung diharamkan begitu saja.

Tanpa pemulung, sulit membayangkan pemerintah bisa mengatasi persoalan sampahnya sendirian. Kasus TPA bantar gebang misalnya, membuktikan bahwa jakarta hanya bisa membuang sampah tapi kesulitan mencari tong sampah, perasaan Cuma menjadi tong sampah itulah yang membuat bekasi tergoda untuk marah.

Kasus di bandung utara dulu menegaskan kepada kita, betapa sampah lebih dari sekedar kotoran. Ia adalah bencana. Terutama kalau sudah menggunung bertahun-tahun. Dan gunungan itu begitu tingginya. Ketika sempitnya lahan tak kuat lagi menyangga ketinggiannya, maka longsonran sampah bisa setara dengan gempa. Ia sanggup melumat sebuah desa.

Jadi, lewat dasar apa gerangan pelarangan terhadap pemulung ini bermula. Oo,ternyata oleh kejengkelan semata. Jengkel, karena pemulung yang bisa beroperasi di pagi buta itu ternyata juga pihak yang bisa menggondol jemuran, mengangkut sandal, dan sepatu-sepatu di pagar pintu. Ada memang, jenis karung pemulung itu yang tidak Cuma berisi kardus bekas, plestik-plastik rombeng, tapi juga ember dan panci-panci baru. Seorang pemulung merangkap menjadi seorang penilep.

Tapi, jika seluruh pemulung adalah pencuri, jumlah curiannya pasti akan setara dengan jumlah seluruh pembobolan bank di indonesia. Padahal, jika harus menyamai jumlah pembobolan bank itu, seluruh pemulung harus mencuri setiap hari secara bersama-sama pula, sampai hari kiamat tiba, dan ini pasti mustahil.

Maka para penilep itu pasti Cuma ulah para oknum belaka. Sayangnya, di dalam dunia pemulung, tidak pernah kita kenakan sebutan oknum. Oknum itu Cuma kita kenakan kepada profesi yang menurut kita hebat-hebat dan terhormat seperti polisi, tentara, dokter, wartawan, hakim, pengacara dan sebagainya. Tapi, karena kita tidak ingin berperkara dengan mereka, kita selalu menyebutnya oknum jika kita dapati ada polisi menjadi tukang palak pada orang yang tengah berperkara, ada tentara mengamuk di panti pijat, ada hakim berjualan perkara, ada pengacara Cuma mengulur-ulur perkara. Orang-orang itu bukan polisi lagi,bukan tentara,bukan hakim, bukan pengacara,tapi oknum!haha..

Kita tentu setuju karena di setiap profesi pasti menyimpan para juara. Ada polisi juara, ada hakim juara, ada pengacara dan tentara juara. Kita bisa mengerti atas sebutan penyimpanan itu sebagai ulah oknum. Tapi, kenapa kepada pemulung tidak pernah kita kenakan kata oknum.

Ini sungguh tidak adil. Dan ketdakadilan ini pasti karena naluri ketakutan kita kepada yang kuat dan keangkuhan kita di hadapan yang lemah. Padahal, berani kepada yang lemah adalah ciri-ciri manusia yang lemah. Dengan demikian, gawat sekali keadaan kita, kalau dari kasus pelarangan terhadap pemulung ini watak kita sebagai bangsa yang lemah tertebak!hahahaha....

Tuesday, October 2, 2012

Pandangan Orang Lain


Belum pernah saya hitung, berapa besarkah bagian hidup yang saya gadaikan demi melayani pandangan orang lain. karena dimanapun saya berada, pandangan orang lain itu seperti tak henti-hentinya mengepung saya.

Ketika kecil, saya sudah terbiasa melihat anggota keluarga sibuk melayani pandangan orang lain ini dengan berbagai  variasinya.  Jika jarang keluar rumah dan enggan ngobrol berlama-lama dengan tetangga, kami takut dipandang sebagai seorang yang “tidak umum”. Jika diri sendiri punya hajat, harus pula menurut hukum pandangan tetangga. Harus menggelar pesta, mengundang banyak orang dan mengumpulkan sanak saudara. Tak peduli apakah untuk itu kita harus berhutan, pesta semacam itu telah merupakan keharusan karena memang menurut pandangan orang.

Jika kenalan ganti punya hajat, betapapun jauh rumahnya, kita harus memaksa diri datang bagaimanapun keadaan kita. Bukan Cuma karena perasaan tidak enak pada si empunya hajat, tetapi juga kepada semua tetangga lain, yang kompak berdatangan. Jika kita tidak ikut-ikutan, takutlah kita akan tudingan.

Dituding seperti ini itu, betapa mengerikan. Untuk itu, apa saja bisa kita lakukan, apalagi jika Cuma harus berhutang. Sejak kecil kepada kami telah diajarkan “ ketimbang kalah orang, mending kalah barang”. Tentu, kami harus bersepakat bahwa orang memang harus dihargai lebih tinggi daripada barang. Kehormatan harus lebih tinggi daripada sekedar uang.

Yang tidak pernah kami duga adalah, betapa ukuran kita dalam menjadi orang, sudah ditentukan oleh pandangan orang. Jadi, menuruti pandangan orang adalah kesibukan kami hingga kini. Bahkan, cara melayat kematian pun seringkali didikte oleh pandangan orang. Muka harus kelihatan sedih, kepala harus banyak menunduk, dan kalu perlu memakai kacamata hitam. Semua ini tidak selalu demikian karena bukan lagi soal begitu sedihnya terhadap yang mati, tapi lebih karena khawatir melanggar pandangan orang.

Pandangan orang itu akhirnya melebarjauh ke ceruk-ceruk hidup kita, jika sedang mendapat giliran menjadi tuan rumah arisan, misalnya, hidangan yang kita suguhkan haruslah sesuai dengan standar padangan orang. Setidaknya menyamai apa yang sudah menjadi kebiasaan tetangga, syukur malah melebihi. Tak peduli seberapa repot dan mahal untuk ukuran kantong kita, pandangan orang itu harus dipenuhi, kalau kita masih ingin disebut orang.

Jika dikampung kita dituakan, apalagi dianggap tokoh, hati-hatilah karena harus memiliki banyak dana talangan. Jika warga menarik donatur , memberi adalah wajib hukumnya, dan harus paling besar pula. Dalam menyelenggarakan upacara selamatan pun harus berbeda menunya dari warga biasa. Jika harus mengisi amplop untuk pemimpin doa, harus lebih besar daripada standarnya,hahaha...!

Lebih-lebih jika kita sudah dikenal sebagai orang kaya. Syarat-syaratnya harus selalu dipenuhi. Terhadap si kaya, tak boleh ada anggapan sedang susah, apalagi kehabisan duit. Kehidupan harus tampak serba mudah, serba bikin iri. Sudah menjadi kewajiban orang yang dianggap kaya ini setiap kali harus bikin iri tetangganya. Mobil harus berganti-ganti, dan jika makan bersama harus menjadi juru traktirnya. Jangan lupa pula, harus royal memberi uang kepada kolega karena begitulah pandangan orang terhadap orang kaya. Jadi, meskipun kenyataanya kita ni tidak sekaya yang dipandang orang, tapi demi menyesuaikan diri dengan pandangan mereka, kita harus benar-benar menjadi kaya sungguhan, kalau perlu dengan berbagai cara.

Begitu pula ketika kita dipandang sebagai orang pintar, kepintaran itu harus terus nampak dimata mereka. Pemilihan kata pun harus diatur sedemikian rupa agar mencerminkan kecerdasan kita. Jika berdebat, kita tidak boleh kalah. Jikapun mengalahkan lawan harus dengan jelas agar memperlihatkan betapa pintarnya kita dan betapa gobloknya mereka. Karena jika standar semacam initidak kita penuhi, apalah jadinya pandangan orang terhadap kita, Jadi, betapa melelahkan hidup dengan mengikuti pandangan orang!!!