Thursday, February 27, 2014

Untuk Dunia Yang Ramah Anak


Seperti biasa, senja selepas belajar bersama dengan adik-adik rumbel yang ceria di sudut kota lumpia sana, saya pulang mengendarai sepeda motor menyusuri jalan-jalan utama kota, senja yang basah, karena dari siang tadi hujan mengguyur rata, membagi rahmatnya ke seluruh kota, saya melintasi jalan raya yang basah memburu waktu karena sebelum isya sudah ada janji dengan seorang teman di masjid dekat kampus…saat berhenti di traffic light, saya mendapati pemandangan yang mengiris dada. Senja itu gerimis masih cukup deras, seorang gadis kecil 4 atau 5 tahun menangis sendirian di samping tiang traffic light, anak jalanan, bajunya yg kumal basah terguyur gerimis hujan, tak lama gadis kecil lain seusianya menghampiri mengajaknya berteduh, saya menatapnya sekilas ketika lampu hijau memaksa saya untuk segera melaju.

Namun saya tak bisa melupakan gadis kecil itu, tubuhnya yang ringkih, bajunya yang kumal dan suara tangisanya yang memilukan, Sepanjang sisa perjalanan saya hanya bisa membayangkan dimana keluarganya, sudahkah gadis kecil itu makan, apakah dia punya baju kering untuk ganti, pertanyaan2 itu sempat membuat mata saya berkaca-kaca. Ingin rasanya membujuknya diam dan membawa serta pulang, tapi tentu persoalannya tak sesederhana itu.

Itu bukan moment yang pertama, begitulah…saya selalu trenyuh tiap kali menyaksikan kerasnya dunia yang dihadapi anak-anak di jalanan, kehidupan jalanan yang keras tak seharusnya di alami anak-anak sekecil itu. di usia mereka, bermain dan belajar di lembaga pendidikan adalah hak yang sepetutnya mereka dapatkan. saat ini setidaknya sudah lebih dari 230 ribu anak hidup di jalanan, jumlah ini adalah yang terdata oleh otoritas politik bernama pemerintah. bisa saja jumlah ini lebih banyak jika kita menghitungnya dengan tanpa tendensi kepentingan. karena pada kenyataanya, jumlah anak jalanan di setiap kota di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. ahh sudahlahh...saya tidak ingin membahas itu kali ini. saya sangat mengapresiasi mereka yang tergerak hatinya dan berjuang dengan gigih untuk mengentaskan mereka dari jalanan dan memberikan hak-hal mereka, berbagi keceriaan, bermain dan berbagi ilmu dengan sukarela, alangkah mulianya mereka…saya selalu berharap pemerintah benar-benar serius untuk membuat undang-undang atau peraturan yang memproteksi anak-anak, memastikan hak-hak mereka terpenuhi tanpa melihat latar belakang ekonomi maupun sosial mereka. peraturan yang benar-benar melindungi bukan produk politis yang hanya formalitas legislasi. selain itu, ada kemauan hukum yang kuat untuk menghukum setimpal orang-orang yang tega mengeksploitasi anak, melakukan kekerasan diluar kewajaran dengan alasan apapun. entah kapan harapan-harapan itu bisa terwujud, yang jelas saat ini berharap pada pemerintah tak akan menolong sama sekali, kita harus memulainya, memulai paling tidak dari diri sendiri.

Anak-anak selalu menjadi mata rantai terlemah di dalam struktur masyarakat. Tubuhnya yang mungil, pengetahuanya yang belum sempurna dan pengalamanya yang minim menjadi alasan bagi sebagian orang dewasa untuk merasa bisa untuk bertindak superior terhadap mereka. kita sebagai orang dewasa harus berkaca bahwa anak-anak adalah amanah, tugas orang dewasa untuk mendidik dan menjaganya, maka muncul pertanyaan : jika bukan kita, siapa lagi yang bisa menghadirkan dunia yang ramah bagi anak-anak?? kita hanya perlu memulainya,,,hingga kini saya masih memimpikan memiliki taman bermain, tempat belajar yang tak harus terlalu besar, yang penting terjangkau dan nyaman untuk anak-anak …disana terdapat ruang perpustakaan yang banyak bukunya, buku-buku yang mendidik untuk anak-anak. ada rumah pohon dan tempat bermain untuk mereka, ada sanggar untuk tempat kreasi anak-anak, kreativitas anak-anak tertuang disana,dimana mereka bisa melukis, bernyanyi, bermain alat musik tradisional atau sekedar berolahraga ringan.
Semoga dapat terwujud…..


- Suwandi Suwe 
di sore yang basah, Februari 2014


source gambar : www.guetau.com

Wednesday, February 26, 2014

Surat Untuk Ibu Guru, yang Sekarang Mendidik Putraku

Ibu guru yang baik, saya titipkan anak saya kepada anda, saya lakukan ini dengan ketulusan, kabanggaan dan perasaan was-was. Maklumlah, sebagai orang tua saya terlalu cemas dengan dirinya. Saya ingat masa-masa ketika ia baru hadir ke dunia ini, tangisan dan tawanya telah membuat kami semua tenggelam dengan perasaan haru. Kini waktunya ia bersekolah dan kami percayakan, putra kami sepenuhnya kepada anda. Sebagaimana dulu ibu dan ayah saya mempercayakan saya pada asuhan anda ibu guru.

Ibu guru tahu, ia punya harta yang tak ternilai harganya, yaitu keterus-terangan. Kalau ia tak suka pada sesuatu ia tak ragu berpendapat. Ini adalah bakat alamiah yang dimiliki semua anak. saya ingin ibu menjaga sikapnya itu. Kami ingin ibu guru memandangnya dan melatihnya untuk menjadi seorang anak yang berani bicara jujur dan terus terang. Lewat surat ini kami ingin berbagi pengalaman dan bertukar saran dalam memahami putra kami.

Pertama-tama, saya meminta ibu guru untuk menjaga dan menghargai sikapnya itu. Ibu tahu, anak saya mungkin tidak tergolong pintar, tapi sikap keterusterangannya itu, jika dipahami dan diperkuat maka ia akan sama pintarnya dengan yang lain. Semangat anak saya akan menyala-nyala jika ibu guru murah dalam memuji dan memberi dukungan, dan akan menyusut jika ia terlalu banyak diremehkan dan dibohongi. Beritahukan kepadanya apapun yang ditanyakan da kami berharap ibu guru menjaganya dan tetap memberi iklim yang membuat kemampuannya bertanya itu hidup dan tumbuh.

Terus teranglah kepadanya tentang apa yang ibu guru ketahui. Kami ingin putera kami bisa belajar tentang kenyataan hidup sebenarnya. Walau kenyataan itu menyaitkan tapi katakanlah yang sesungguhnya kepada mereka. Saya ingin ibu guru melatihnya untuk tetap optimis melihat realitas yang buram dan menyalakan api semangatnya untuk terus belajar. Sikap terus terang dari ibu guru akan memberinya kekuatan dalam melawan kejamnya realitas kehidupan dan sesekali berikan kepercayaan kecil padanya, untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tangan. Saya ingin ibu guru melatih kemandirianya supaya tambah rasa percaya dirinya. Saya tidak ingin ibu guru menjadikannya anak yang sempurna tapi tidak berpeluh keringat, ia harus bisa dan mampu melakukan pekerjaan tangan apapun.

Ibu guru yang baik, langkah anak kami yang masih rapuh ini butuh bimbingan dan arahanmu. Tolong beri dia semangat saat dirinya mencari jalan untuk maju. Saat dia merangkat ketika seharusnya berlari dan saat dia diam ketika anda tahu dia harus mempimpin. Dia masih terlalu muda, jadi sesuatu yang wajar jika dia tidak begitu konsisten. Dia masih belia, jadi sesuatu yang wajar jika terlalu nekad, dia masih hijau, karenanya sering sekali berpikir aneh-aneh. Jangan ibu guru memarahinya dan menjulukinya dengan nama-nama yang menaykitkan. Tolong berikan perlakuan yang sama pada anak kami bahkan teman-temannya, bahwa kalau mereka murid-murid istimewa.

Jika ia punya kelemahan dan keterbatasan, tolong secara diam-diam ibu catat dan rekam. Kelak katakana padanya sembari membantunya mengatasi masalah itu. Katakana juga pada kami sehingga kami ikut membantu dan bisa melibatkannya untuk memecahkan keterbatasan itu. Mengajari anak yang kini sedang menemukan identitas dan meraba harga dirinya memang tidak mudah, tapi karena itulah, kita bisa bertukar pengalaman dan pengetahuan. Latihlah dirinya untuk berorganisasi karena disana dirinya akan menemukan mutiara perilaku agung, yani solidaritas dan cinta pada sesama. Latihlah dirinya untuk memahami persoalan yang lebih luas ketimbang kepentingannya sendiri. Saya ingin ibu guru mengajarinya untuk berkorban, dan memahat sikap kepedulian.

Anak saya datang pada ibu dengan tekad untuk belajar, mohon ibu guru jangan mengecewakannya, jadikan masa-masa sekolah ini menjadi sesuatu yang menyenangkan, menarik dan menggairahkan baginya. Ajaklah dia sesekali keluar untuk melihat kalau pendidikan itu bukan hanya dari bangku ke bangku tapi juga lewat kenyataan keseharian. Saya ingin ketika ia meninggalkan kelas ibu, dirinya memiliki keyakinan lebih atas kemampuannya sendiri. Kelak ketika ia meninggalkan kelas ibu, saya berharap dirinya akan memiliki kecintaan yang besar pada pengetahuan dan sesamanya. Sebagai pelajar dan sebagai pribadi, kami sangat berharap ibu bisa tekun membimbing dan mengarahkannya. Pada akhirnya, bantulah putera kami menemukan harapan diatas bongkahan kehidupan bangsa yang buram dan menyakitkan ini. tahukan ibu, tahun ini ibu akan menjadi salah seorang yang paling penting dalam hidupnya. Dia akan memutuskan untuk meniru atau menolak nilai-nilai yang ibu guru semaikan. Dia mungkin akan menghormati dan mengingat ibu sepanjang hayatnya. Atau sebaliknya, dia tidak lagi mengingat ibu dan merasa kecil hati atas setiap tindak tanduk ibu yang mungkin bertolak belakang dengan nilai yang ibu ajarkan. Sejujurnya saya sebagai oran tua, ingin ibu bisa menjadi orang yang paling dikaguminya, tapi untuk ini, ibulah yang bisa menentukan. Ohya, pada saat tahun ajaran berakhir mohon berikan ucapan terimakasih dan pelukan hangat padanya, berterimakasihlah padanya karena telah menjadi bagian dari kehidupan ibu. Sebagaimana saya sangat berterimakasih kepada ibu karena telah menjadi bagian dari kehidupan anak saya. Kami tahu, diatas segala harapan kami, ibu guru sendiri didera oleh banyak problem. Tuntutan atas kesejahteraan dan status membuat kami semua juga ingin berbuat banyak untuk anda. Jadikanlah putera kami menjadi seorang yang kelak akan memahami profesimu dan kelak bisa berbuat banyak untukmu. Jangan ragu untuk meminta bantuan solidaritas maupun perjuangan dari kami. Karena kami tahu, tahun ini anda menjadi bagian dari kehidupan kami sekeluarga. Dengan cinta dan penuh harapan, ayah dari siswa anda.

Salam
dari kami sekeluarga


Sumber : dari buku Jack Canfield & Mark Victor Hansen, seajaib lampu aladin dan disadur oleh Eko Prasetyo dalam buku Guru : Mendidik itu Melawan 

*Menakuti atau Mendidik?" - Refleksi untuk Para Pendidik

Saya pernah ditanya soal ini dalam sebuah sesi workshop kepenulisan, seorang penanya, guru Bahasa Indonesia sebuah SMA, bertanya: "Anda bilang, tidak ada tulisan yang bagus atau jelek. Anda juga bilang, tulisan hanyalah soal relevan atau tidak relevan dengan pembaca, bermanfaat atau tidak bermanfaat. Lantas bagaimana kami harus menilai tulisan yang dibuat oleh murid2 kami? Kan kalau tidak ada yang bagus atau jelek, bagaimana memberikan angka nilainya?"
Ini jenis pertanyaan yang sangat dalam, yang tentu saja, siapapun yang akan memberikan jawaban dengan seketika menunjukkan bagaimana dia memahami masalah ini. Jawaban saya simpel: berikan saja nilai bagus. Jika nilai terburuk adalah nol, paling bagus adalah 100, maka apa susahnya seluruh tulisan murid2 dikasih nilai 80, atau bila perlu 90.
Kalau kita sekolah di universitas2 besar Amerika, atau Jepang, maka kita akan menemui guru besar, profesor dengan wisdom yang amat menakjubkan soal ini. Mereka sering bicara dalam banyak kesempatan, atau banyak murid2nya (mahasiswa kita yang kuliah di sana) yang membuat tulisan atas pemikiran mereka, dan sangat menarik membacanya, memahaminya. Kadang, betapa berbedanya cara kita memandang proses pendidikan. Dan itu tercermin dari komentar kita, perbuatan kita, dan keputusan kita.
Sebenarnya apa sih fungsi seorang guru? Mendidik? Atau memberikan nilai? Mendorong, memotivasi? Atau menekan, atau menakuti? Apa sih sebenarnya fungsi seorang guru? 
Lantas apa sih tujuan dari kita semua belajar? Menemukan ilmu baru? Atau hanya mempelajari yang ada? Menambah khazanah ilmu? Atau sekadar memperoleh nilai dari ilmu2 tertulis di buku? Mencari ilmu? Atau mencari angka dan ijasah? Apa sih sekolah itu? Taman bermain penuh ilmu, atau panci panas tekanan tinggi?
Lihatlah, dalam ujian skripsi, thesis, di negeri ini, para penguji berubah menjadi harimau lapar, galak sekali menghabisi mahasiswanya. Astaga? Apa poin-nya? Di mana hakikat mendidik jika sebuah ujian hanya menjadi neraka, bukan sebaliknya tempat menyenangkan utk berdiskusi, kemungkinan2 penelitian lanjutan, dan kemungkinan2 munculnya ilmu baru. Lihatlah, jutaan murid2 kita setiap tahun harus melewati ujian nasional. Apa poin-nya? Untuk membuat klasifikasi? Untuk menyimpulkan sebuah proses pendidikan? Siapa yang pintar, siapa yang goblok. Siapa yang boleh lanjut sekolah, siapa yang cukup di sini saja daripada nanti merepotkan? Padahal bukankah, orang paling goblok sekalipun berhak atas pendidikan lanjutan. 
Tidak bisakah kita memberikan nilai dalam bentuk kalimat: "Anda telah berusaha dengan sungguh2, memulai dengan amat berat, tapi Anda menunjukkan kemajuan yang sangat baik, teruslah berusaha. Perbaiki kalimat pembukanya, lebih banyak mencari referensi, jangan takut membuat analisis, lantas berikan kesimpulan yang kokoh." Kemudian sebagai guru kita tuliskan A, atau 90 di karya tulis murid tersebut. Tidak bisakah kita menjadi guru yang mendidik, bukan menghakimi. Kita toh bukan polisi yang memang bertugas menghukum, juga bukan hakim yang memang menghakimi. Kita adalah pendidik, hukuman dari kita pun sifatnya adalah mendidik.
Saya tahu, kita tidak hidup dalam sistem yang selalu mendukung filosofi mendidik yang kita pahami. Bahkan boleh jadi, kita malah dibenturkan dengan realitas menyakitkan. Tapi tidak apa, Kawan. Kita tetap bisa punya ruang untuk menjadi guru yang selalu mendorong murid2nya. Saya selalu menemukannya dalam sejarah sekolah formal yang saya miliki. Ketika SMA, saya menemukan guru2 baik yang tidak peduli soal nilai, tidak peduli soal angka2, selain terus melatih anak muridnya berkembang. Dalam pelajaran bahasa Indonesia misalnya, saya pernah punya guru yang menciptakan pekerjaan rumah yang menarik, tugas2 yang hebat, bahkan saat ujian sekalipun, dia membuat soal2 yang menakjubkan, menantang kemampuan menulis, dan itu sungguh memicu kemampuan murid2 untuk menjadi penulis. Tidak apa, kalau memang tetap terpaksa memberikan angka untuk nilai. Tapi bukan berarti kita tidak bisa menjadi guru yang selalu memotivasi murid2nya.
Buah dari pendidikan itu baru akan dipetik di masa depan. Ibarat menanam pohon. Jika sejak awal akar2nya keropos, malah disiram dengan pupuk ketidakjujuran, kecurangan, besok lusa buahnya akan pahit dan merusak. Tapi jika sejak awal akar2nya kokoh, disiram dengan integritas dan kasih sayang mendidik, meski sekarang tidak terlihat heboh, keren, dahsyat, besok lusa justeru buah yang akan dipetik terasa manis dan bermanfaat. Dari mana sih datangnya orang2 jujur? Orang2 yg peduli? Orang2 yg bermanfaat? Dari proses pendidikan yang baik. Orang2 ini tidak datang dari proses sim salabim, muncul dari kotak.
Maka, darimana datangnya orang2 korup? Jahat sekali menzalimi hak orang lain? Dari proses pendidikan yang buruk. Orang2 ini tidak seketika jadi jahat. Semua orang seharusnya bercermin, termasuk penulis seperti saya, apakah sudah memberikan tulisan2 yang bermanfaat, mendidik atau sebaliknya. Tulisan yang seru2an, heboh, laku, membuat kaya raya, besok lusa pembacanya jadi apa, lupakan soal lainnya. 
Semoga semakin banyak yang mau memikirkannya....

Sumber : Status Facebook Darwis Tere Liye 

Wednesday, January 22, 2014

Serial Kontarakan Samping Masjid Chapter 5 : Habib, Kamu Benar-Benar Anak Yang Baik!!!

Taraaaaaaaa…….finally I’m back everyone, pada seneng kan akhirnya gw balik lagi?? (owh..enggak ya | ya udah gpp…hehe) setelah cukup lama vakum, gw mau lanjutin chapter kontrakan samping masjid yang beberapa waktu yang lalu sempet jadi trending topic (di wall pesbuk gw doank sih sebenernya :D ), ngalahin gosip persalinan sembunyi2nya ayu tingting sampe berita gugatan cerainya nikita mirzani…keren kaaann?? (emang krn gw gak pernah ngeshare gosip2 artis di wall gw aja ini mah ya..), chapter kali ini gw mau agak serius men, gw gak mau banyak becanda lho disini, oke…mulai sekarang ya seriusnya!!!

Udah gak ada yang ketawa kan?? Serius lho ini, sebelum lanjutin baca…..yang mau kentut, yang mau buang air mending ke toilet dulu deh sekarang, beneran… (maksudnya daripada lw kentut sembarangan, ganggu tau gak…daripada lw nahan pipis,  penyakit…nahh kan!!) jangan sampe gw lagi nanti yang disalahin…

Sekali lagi, gw gak mau ya lw semua pada cengengesan baca tulisan gw…

Kalo lw masih cengengesan berarti lw gak nge-hargain gw yang udah nulis serius capek2, lw pasti ngerti gimana rasanya gak dihargai,,dicampakan,,dikucilkan,, dianggap gak ada!!sakiiiiitttt…tau gak

Oke…siap???

Udah pada siap semua kan?? Yang tadi pipis udah balik belum…

……………………… # ini kapan mulainyaaaaaaaaaaaaa??

Iya2, anggep tulisan diatas spam ya….terimakasih sudah membacanya,hahahaha…  :p

Jadi begini saudara2, Hidup bersama satu rumah untuk waktu yang cukup lama pastinya ada donk moment2 yang memorable, atau ngangenin lah ya…..nahh, Menurut gw salah satu moment yang mungkin paling ngangenin dari kontrakan adalah saat dimana anak2 pada ngumpul  (dikamar lantai 2 biasanya), sambil tiduran, sambil ngemil makanan hasil rampasan dari para pelaku penimbunan, ada yang sambil BBMan sama siapa gak tau (dan gak perlu dibahas :D) macem2…dengan santai mbahas berbagai topik sambil ketawa ketiwi, kadang2 sampe nada meninggi saat topic yg dibahas berubah menjadi seputar korupsi, seputar siaran dakwah di tipi yg menurut kami disorientasi, atau ngomongin orang2 sholeh yg jadi korban karena politik sapu bersih ala yahudi,

ya…. jadi yang diobrolin itu macem2  mulai dari hal kecil yang sebenernya sama sekali gak penting tapi menjadi penting saat kita obrolin bareng2 itu (nah lhoooo…)  contohnya seperti rencana bikin kebun ganja di lantai 3 (rencana macam apa ini?? gw sempet mikir ini penting krn sangat visioner,haha… tp setelah gw pikir ulang ternyata sama sekali gak penting bahkan cenderung absurd) atau lainnya seperti  berdebat soal siapa yang menang kalo berantem antara tikus got sama landaknya anton (nahh ini…jelas landaknya anton lah yg menang, tapi liat aja di komen nanti pasti ada anak2 kontrakan yang bantah,hahaha), atau gimana was2nya kami kalo tiba2 ada razia densus 88, anak2 kontrakan pasti jadi tersangka karena banyak banget buku2 dakwah dan jihad disana (sssttt…jangan bilang siapa2 ya), sampe obrolan gimana caranya numbuhin jenggot tanpa harus pake firdaus oil (obat penumbuh bulu yang melegenda itu…) hahaha….

tapi percaya atau gak, justru dari hal yang gak penting ini gw dapet banyak pelajaran.. diam2, anak2 kontrakan ngajarin gw tentang kebahagiaan cuy…jadi, bahagia itu ternyata sederhana, gak harus banyak harta baru bahagia karena kebanyakan anak kontrakan emang duitnya pas2an, saking pas2annya kita hobi bener yang namanya  hunting warung nasi termurah di sekitar kampus, gak juga harus punya wajah ganteng baru bahagia… (sambil liat kaca,hahahaha… :D), intinya gak perlu banyak syarat…bahagia itu bisa diciptakan walaupun ditengah keterbatasan, itulah yang namanya bersyukur komandan…#asiiiikkk #sokTua  :D  | yapp… kebersamaan, teman2 yang saling menyemangati, dan satu lagi saat kalian mampu menertawakan masalah, hidup ini seakan-akan menjadi lebih mudah sob…trust me it works!!! believe or not, anak2 kontrakan sangat expert untuk yang satu ini…

Tapi selain hal2 gak penting tadi, obrolan juga bisa tiba2 berubah serius dengan cepat, lagi asik2nya ngomongin gimana caranya bikin tempat parkiran buat elang kalo2 di masa depan ternyata gaya hidup ala sinetron indosiar benar2 terjadi, kemana2 naik naga, belanja ke pasar naik elang,hahaha….tiba2 ada yang nyeletuk serius gimana ya masa depan dunia, masa depan indonesia kalo yahudi terus2an berkuasa, (melebar jauh banget yaaa… :D ) obrolan pun jadi bergeser lebih serius, bisa tentang ideology, politik, dakwah dan tentang jodoh pastinya, *aiiihhhhhh (penting ini…) hahaha…. Nahh walaupun serius dan ngotot2an tapi kami gak pernah gontok2an, seperti yang gw bilang di chapter awal kalo anak2 kontrakan emang punya latar belakang pemikiran yang beragam, jadi gak heran kalo ada friksi2 kyk gitu, gw maklum…tapi walaupun berbeda pemikiran, gak pernah ada yang namanya permusuhan, bedaaa banget sama yang di kampus #uppss.… | kedewasaan berfikir dan menghargai perbedaan tanpa harus ikut2an, yapp…menurut gw ini yang jadi perbedaan, dan itu buat gw adalah juga pelajaran berharga dari anak2 kontrakan…
Kayaknya gw kebanyakan baik2in anak2 kontrakan ya,hahaha… (siap2 cek rekening…yuhuuuu :D )

Giliran yang jelek2 boleh gak??eh jangan ya…bukan jelek sih sebenernya, tapi kesalahan (paling gak menurut gw) yang pernah anak2 kontrakan lakukan, boleh ya…boleh yaa L ( melalui tulisan ini gw secara pribadi mau taubatan nasuha untuk soal yang satu ini… #sedih :’( semoga rekening gw aman, tetep siap2 cek rekening :D )  

jadi, dulu kontrakan sempet jadi tempat bermain buat anak2 kecil sekitar kompleks, mereka suka banget main2 di kontrakan, masuk-masuk rumah, naik ke lantai 3, bahkan masuk kamar2 kita…dan diantara mereka ada satu anak yang bandelnya gak ketulungan (skrg kalo dipikir2 sebenernya bandel standar anak2 sih…tapi waktu itu kami nganggepnya berlebihan) Habib namanya, bandelnya ini terkenal di kompleks…Cuma karena gak banyak temen, kalo ngaji suka jadi bulan2an anak2 yang lain, mungkin karena itu dia jadi cari pelampiasan di kontrakan. (ehh enggak ya…hehe #premis ngasal :D ) pernah suatu ketika waktu gw lagi main ke kamar lantai 2, gw naik ke kamar gw di lantai 3, gw kaget ternyata ada habib disitu lagi ngotak-atik laptop gw, langsung gw tegur dengan nada tinggi, gw bentak suruh keluar…ehh ni anak malah ngelawan dan ngacak2 kertas disekitar meja belajar gw,  jelas donk gw marah…gw tarik tangannya, gw jewer kupingnya sambil gw bentak2, gw angkat badanya yang kecil itu sampe lantai satu…anak ini masih berontak2 kesetanan, gw jitak aja kepalanya sampe matanya berkaca2.. (jahat banget ya gw…maaf ya habib :’( …), gak cuma gw, temen2 kontrakan yang lain juga sama, karena anak ini emang bandelnya luar biasa, suka minta2 duit ke anak2, kalo ada duit nge-geletak di meja dia ambil, bandel banget lah pokoknya…anehnya walaupun sering dibentak2 ni anak gak kapok2 juga,  tapi gak sama iqbal… ini karena diantara anak2 kontrakan yang lain habib paling takut sama iqbal, gw gak tau persis gimana ceritanya…yang jelas ini gara2 iqbal pernah marah besar sama anak ini sampe nendang tong sampah, saking kencengnya tong sampah melayang nabrak pintu…mungkin naluri anak2 habib bereaksi disini, merekam kejadian ini hingga jauh membekas, jadilah ketakutan itu muncul…

sebenernya banyak lagi kejadian lainnya, tapi gw gak mau nyebutin satu2… sekarang gw sepenuhnya menyadari kalo hal itu salah banget, gw sadar setelah mulai terlibat kegiatan2, pelatihan2 tentang pendidikan anak akhir2 ini, selain juga baca buku2 tentang parenting…dan ternyata nakalnya habib ini belum apa2 kalo dibandingin anak2 di rumah belajar tempat gw ngajar sekarang ini, ada yang jauh lebih nakal…tapi senakal-nakalnya anak, kekerasan ternyata bukan cara yang baik untuk mendidik, nahh kan!!
mereka sejatinya baik, ya… anak-anak ini baik, jadi bukan kekerasan yang mereka butuhkan tapi bimbingan, bimbingan untuk menemukan dan menghidupkan sisi baik dalam diri mereka yang terkikis dan tertutup oleh karena pengaruh lingkungan. (ini beneran jadi serius banget sumpah,hahaha…tapi gpp ya, sekali-sekali :D )

Rasulullah adalah contoh terbaik mendidik anak, (menurut gw…) dan Rasul gak pernah pake kekerasan, 
anas bin malik adalah salah satu anak yang merasakan lembutnya pendidikan dari Rasul, dalam satu riwayat bahkan diceritakan saat rosul mengimami shalat seperti biasanya di masjid, rasul membawa serta cucu beliau, hasan husein...sebagaimana hal nya anak2, mereka berlarian kesana kemari saat shalat berlangsung dan saat sujud punggung rasulullah pun jadi sasaran tempat bermain mereka, beliau sujud lama sekali sampai kedua cucunya itu turun dari punggungnya, selesai shalat Rasulullah meminta maaf kepada para sahabat yang menjadi makmum karena sujudnya lama banget, dan beliau sama sekali gak marah sama hasan husein karena hal itu, beliau tau kedua cucunya itu terlalu kecil untuk dimarahi…

Berkenaan dengan habib, gw sama sekali gak belajar dari cerita  sini, betapa jahilnya gw waktu itu…ya, ini juga mungkin bisa jadi satu pelajaran, gak cuma buat gw dan anak2 kontrakan tapi buat semuanya : kesalahan juga bisa terjadi akibat dari kejahilan (kebodohan…) oleh karenanya belajar menjadi sebuah keharusan!! Jadi sebenarnya Habib ini anak yang baik, Cuma dia punya kecenderungan aktif ingin diperhatikan, dia juga enerjik, jadi anaknya emang gak bisa diem, sifat2 ini belum bisa ia manage karena masih terlalu kecil, sehingga terkesan nakal dan begajulan, padahal wajar…. | Habib, maafin kakak ya…. (ciyee... kakak | haha..gw biasa dipanggil kakak soalnya di rumbel dan gw pengen habib jg manggil gw kakak…. #melankolis ) tapi rasanya susah, karena biasanya ada bekas yang sudah terekam dan menjadi stereotype dalam diri anak tentang impresi (kesan) tertentu dari apa dan siapa yang pernah mempengaruhi hidupnya, melalui interaksi dan semacamnya,, dan sepertinya gw udah terlanjur berkesan buruk di mata habib… ehh tapi bisa juga salah dink, soalnya terakhir gw liat, habib jalan pake tongkat lagi maen bareng temen2nya di depan kontrakan, kakinya diperban sampe lutut, temennya bilang beberapa hari yang lalu habib ketabrak motor waktu lagi maen di perempatan deket laundry, gw kasian liat dia jalan terpincang-pincang pake tongkat…sedangkan temen2nya berlarian kesana-kemari. Gw deketin habib, gw Tanya selembut-lembutnya kenapa kakinya di perban, gw pasang senyum semanis-manisnya, gw tatap matanya dalam2 dan gw pegang tangannya, ternyata responnya sangat berbeda dengan saat dulu waktu gw bentak2,, terakhir gw pegang kepalanya sambil bilang… (gw ngikutin caranya Mr.kobayashi saat men-sugesti Totto chan agar jadi anak yang baik…hal itu sangat berkesan bagi tetsuko, nama asli totto chan sampe doi gede) gw berharap itu juga bisa sampe ke habib, boleh donk….kali aja bisa kan,hehe

sambil menempelkan tangan kanan di kepalanya gw bilang “ Habib, kamu benar-benar anak yang baik”……. :)

To be continue………….. 

Thursday, January 9, 2014

Nostalgia di Kampung Tumaritis Bareng Tatang Suhendra

pernah gak kalian ngerasa kangeeeennn banget sama hal2 yang ada di jaman kecil kalian dulu??? bisa jadi itu berupa mainan, tontonan, atau bacaan yang sekarang ini mungkin udah susah banget dicari..atau bisa juga hal2 itu kini telah punah seiring waktu, contoh paling gampang buat gw yang notabene anak desa...misalnya gw inget jaman kecil dulu suka banget yang namanya bulan purnama, kenapa? karena pas bulan lagi gede2nya ini anak2 kumpul semua di pelataran rumah yang dulu masih luas kayak lapangan buat main bareng segala jenis permainan, sampe tengah malem, (anak2 di desa gw nyebutnya padang wulanan) hampir gak ada anak yang 'angrem' ndekem di dalem rumah, semua kumpul jadi satu di lapangan itu. lari2, ketawa2, teriak2, jumpalitan sepuas hati, kebayang kan gimana serunya??dalam semalam itu kita bisa main puluhan jenis permainan, (tapi sekarang gw udah gak bisa nemuin moment kayak gitu lagi di kampung gw, adik2 gw gak ngerasain main di bawah purnama seperti waktu jaman gw kecil)....jadi wajar kalo moment kayak gitu akhirnya sampe gw segede ini (padahal cuma nambah berapa centi doank :D) masih selalu gw kenang sebagai salah satu bagian dari masa kecil gw yang paling menyenangkan...mungkin anak2 seangkatan gw yang waktu itu main bareng gw dibawah sinar punama (asiikk... :D) jg merasakan hal yang sama, dan gw yakin kalian jg punya moment2 seperti ini saat kalian kecil dulu..tapi tentunya khas kalian masing2...biasanya entah kenapa gw selalu ngerasa kalo perasaan kangen dengan moment2 seperti itu lebih banyak dialami oleh anak2 yang lahir di angkatan 90'an, kalo premis gw sih ini mungkin karena memang angkatan 90'an ini peralihan antara jaman sebelum gadget sama jaman setelah gadget (hahaha...pembagian jaman yang aneh :D), ya itu premis gw sih, karena kalo lw perhatiin baik2, interval perubahannya tuh drastis banget dari jaman 90'an sama jaman yang sekarang, iya gak...???banyak hal yang ngetrend tahun 90'an tiba2 punah di jaman sekarang, lw inget2 deh gimana ngetrend nya goyang lumba2 bondan prakoso (sekarang apa masih ada?? ) gimana digandrunginya games 'engklek' (bahkan di kampung gw games ini udah kalah pamor sama plants vs zombie... *sedih ), gimana anak2 dan remaja pria begitu gemar menyisir rambutnya belah tengah (termasuk gw,hahaha), trus gimana imutnya tina toon dengan gerakan bolo2nya.. (hahaha...kalo ini emang karena tina toon udah gede dan milih ikut girl band aja sih sebenernya) ahh...sudahlah, gw bingung jelasinya...intinya gitu lah ya!! sebenernya bukan itu yang mau gw bahas,(gubraaakkk....) hahaha :D cuma buat prolog aja sebenernya... :p

gw cuma mau ngajak nostalgia, terutama anak2 angkatan 90'an...jadi jaman gw kecil dulu, ada satu bacaan selain majalah bobo yang sempet jadi primadona.. (paling gak buat gw). apa itu??? komik tumaritis nya Tatang Suhenra...mungkin gak semua tau komik ini, atau bisa juga tau tapi belum pernah baca isinya...bagi yang belum tau, jangan bayangin komik ini kayak komik2 jepang macam naruto atau OP yang sekarang banyak digandrungi, komik Tatang S ini sederhana sekali saudara2, ceritanya berkisar tentang kehidupan sehari-hari, kadang ada sisipan cerita misterinya juga, misterinya ini karena biasanya nampilin tokoh dedemit khas indonesia kayak pocong, mbak kunti dan kawan2nya...yang jadi tokoh di komik ini adalah punakawan dalam cerita pewayangan (petruk, gareng, bagong dan semar)...gw gak begitu inget semuanya, tapi gw suka banget komik ini waktu gw kecil, kalo di itung2 udah puluhan judul gw koleksi, cuma gak gw simpen baik2...sekarang raib semua entah kemana (gw nyesel sumpah...*sedih), biasanya gw beli komik ini di tukang jualan ager2 yang suka ngibulin anak2 pake undian2 aneh biar anak2 itu pada beli ager2nya terus2an,hahaha (gw salah satu korbannya...ini baru gw sadari setelah gw dewasa, :D ) biasanya mamang ager ini mangkal di depan sekolah, harga komiknya kalo gak salah 500 rupiah trus naik jadi 1000... (jangan tanya kenapa naik ya...waktu itu gw belum sempet nanya mamangnya). sekarang komik ini gak tau masih beredar apa enggak..tapi yang jelas, penulisnya Tatang Suhenra udah meninggal sejak 2003 ... (ini gw baru tau kemarin, baca di internet,hehe...) jadi, selain berbagai hal yang gw sebutin di prolog sebelumnya, komik Tatang Suhendra ini juga telah menjadi salah satu bagian dari masa kecil gw yang menyenangkan dan tak terlupakan...dan bisa jadi masa kecil kalian juga, terimakasih om Tatang :) 

kemarin gw gak sengaja nemu salah satu judul komik ini di internet, sekarang mari bernostalgia di kampung tumaritis bareng petruk dan Tatang Suhenra :) :) :)


source komik : kudiarto21.multiply.com
nah...kalo ini om Tatang. S