Finlandia adalah Negara yang terletak di
wilayah skandinavia, Negara yang beribukota di Helsinki ini adalah Negara
dengan predikat pendidikan terbaik di dunia, dari tahun ke tahun finlandia
konsisten berada di ranking atas untuk Negara dengan kualitas pendidikan
terbaik. pemeringkatan kualitas pendidikan dilakukan oleh PISA (Programme for
International Study Assessment), sebuah studi internasional yang bertujuan
mengevaluasi sistem pendidikan di dunia. Evaluasi 3 tahunan oleh PISA ini
dilakukan dengan mengukur keterampilan dan pengetahuan siswa berusia 15 tahun
yang diplih secara acak Bidang yang diukur adalah membaca, matematika dan
sains.[1]
Konsistensi Finlandia mendapatkan peringkat atas
dalam tes PISA membuat banyak pakar pendidikan ingin tahu penyebabnya. Menurut
situs University of Helsinki, kemajuan pendidikan di Finlandia dimulai pada
abad 19. Saat itu, Uuno Cygnaeus, “bapak pendidikan dasar” Finlandia
mencetuskan ide bahwa kelas yang paling baik adalah kelas di mana murid lebih
banyak berbicara dibanding guru. Selain itu, tokoh-tokoh pendidikan di
Finlandia juga memakai pandangan John Dewey dalam pendidikannya, yaitu belajar
dengan mempraktikkannya.[2] Iklim belajar siswa-siswa sekolah di finlandia sangat berbeda dengan
Indonesia. Pendidikan di sekolah berlangsung rileks sehingga siswa tidak merasa
sekolah sebagai aktivitas yang membosankan seperti di Indonesia. Saat masuk
kelas siswa harus melepas sepatu, jadi ketika proses belajar mengajar mereka
hanya berkaus kaki didalam kelas. Belajar aktif diterapkan guru di dalam kelas,
siswa didorong untuk lebih banyak berbicara daripada guru di kelas. Semua guru
di sekolah-sekolah Finlandia adalah tamatan S2 dan dipilih dari the best ten
lulusan universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi
dokter atau insinyur. Di dalam kelas frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian
nasional hanyalah Matriculation Examination untuk masuk PT. masalah anggaran,
pemerintah memberikan porsi anggaran untuk sekolah swasta sama besar dengan
anggaran untuk sekolah negeri.
Masalah kualitas guru di Finlandia kiranya tak perlu dipersoalkan
mutunya. Sudah dipastikan guru-guru di Finlandia adalah guru bermutu tinggi.
Karena para guru dipilih yang paling berkualitas dan terlatih. Dan untuk bisa
kuliah di jurusan pendidikan harus bersaing ketat, lebih ketat ketimbang
persaingan di fakultas-fakultas bergengsi lainnya. Biasanya dari 7 peminat
hanya 1 orang saja yang diterima. Padahal di Finlandia gaji guru tidak begitu
besar. Tetapi negara dan rakyat Finladia menempatkan guru sebagai jabatan
terhormat dan mereka yang menyandang jabatan itu pun juga merasa mendapat
sebuah prestisius dan kebanggaan. Puncak kebanggaan mereka berhasil mendidik
anak didik bukan berhasil memanipulasi nilai siswa. para guru di Finlandia akan
selalu mengatakan “Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, itu
berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya.”[3]
Di dalam kelas, sangat jarang ada guru yang berdiri di depan kelas
dan memberikan ceramah selama 50 menit. Siswalah yang menjadi pusatnya, dengan
menentukan sendiri target mingguan dengan guru, pada bidang tertentu dan
memilih tugasnya sendiri. Sehingga yang terjadi di kelas adalah: siswa berjalan
kesana kemari, mengumpulkan informasi, bertanya pada guru dan bekerja sama
dengan siswa lain dalam kelompok kecil. Desain pembelajaran semacam ini
dikembangkan secara lokal oleh guru di sekolah. Sehingga, guru selalu ditantang
untuk membuat kurikulum dan mengembangkan evaluasi kinerja yang sesuai dengan
kondisi sekolah. Untuk itu saat menjalani pelatihan, guru dibekali dengan
keterampilan mengajar siswa yang memiliki gaya belajar beragam, termasuk yang
berkebutuhan khusus. Penekanannya adalah pada multikulturalitas dan pencegahan
munculnya kesulitan belajar dan pembedaan. Dan pada akhirnya, slogan
no child left behind pun
menjadi nyata.
Kurikulum
di Finlandia pun tidak terlalu ‘akademis’ seperti yang dibayangkan ada di
negara dengan pencapaian akademis yang tinggi. Siswa di sekolah-sekolah
Finlandia mengikuti jam belajar yang lebih sedikit. Sekolah dan guru diberi
kebebasan dalam menentukan kurikulum, metode pengajaran dan juga materi ajar.
Guru-guru juga mengadakan pertemuan, setidaknya satu kali dalam seminggu, untuk
secara kelompok, merencanakan dan mengembangkan kurikulum. Di dalam pertemuan
tersebut, semua guru didorong untuk saling berbagi material.[4]
Prinsip kurikulum
pendidikan Finlandia adalah” Less
is More“. Sekolah berfungsi sebagai tempat belajar dan eksplorasi
potensi dimana sekolah menjadi lingkungan yang relaks dan tidak terlalu
mengikat siswanya dengan jam belajar dan kapasitas tugas yang tidak terlalu
membebani siswa. Di samping itu, tidak ada sistem peringkat untuk prestasi
akademik dan ujian standarisasi dari tingkat sekolah dasar sampai dengan
menengah pertama. Para siswa juga baru diuji dengan ujian standarisasi pada
sekolah menengah tingkat akhir. Ujian ini pun bersifat optional,
hanya bagi mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Bagi yang
tidak mengikuti ujian, tetap bisa melanjutkan ke institusi pendidikan yang
berorientasi ke praktek dunia kerja. Sistem pendidikan Finlandia sangat
menitikberatkan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Finlandia optimis bahwa hasil terbaik hanya dapat dicapai bila kita lebih
memperhatikan siswa yang kurang daripada terlalu menekankan target kepada siswa
yang unggul. Dengan begitu, tidak ada anak-anak yang merasa tertinggal.
Finlandia terbukti mampu mencetak anak-anak berprestasi di bidang akademik
tanpa harus mengikuti standarisasi akademik konvensional yang kaku.[5]
[3] Anonymous.
Beda pendidikan Indonesia dan finlandia (http://agendamerah.wordpress.com/2012/04/15/beda-pendidikan-di-indonesia-dan-finlandia/)
[5] Anonymous.
Kurikulum pendidikan finlandia : less is more (http://mjeducation.co/kurikulum-pendidikan-finlandia-less-is-more/)
sayangnya negara indonesia belum masuk sebagai Daftar Negara dengan Sistem Pendidikan Terbaik Dunia
ReplyDeletesangat rasional bahwa membangun pendidikan dimulai dari penataan guru yg berkualitas.
ReplyDelete