Saturday, December 15, 2012

Belajar Dari Negeri Skandinavia - Pendidikan di Finlandia

Finlandia adalah Negara yang terletak di wilayah skandinavia, Negara yang beribukota di Helsinki ini adalah Negara dengan predikat pendidikan terbaik di dunia, dari tahun ke tahun finlandia konsisten berada di ranking atas untuk Negara dengan kualitas pendidikan terbaik. pemeringkatan kualitas pendidikan dilakukan oleh PISA (Programme for International Study Assessment), sebuah studi internasional yang bertujuan mengevaluasi sistem pendidikan di dunia. Evaluasi 3 tahunan oleh PISA ini dilakukan dengan mengukur keterampilan dan pengetahuan siswa berusia 15 tahun yang diplih secara acak Bidang yang diukur adalah membaca, matematika dan sains.[1]

Konsistensi Finlandia mendapatkan peringkat atas dalam tes PISA membuat banyak pakar pendidikan ingin tahu penyebabnya. Menurut situs University of Helsinki, kemajuan pendidikan di Finlandia dimulai pada abad 19. Saat itu, Uuno Cygnaeus, “bapak pendidikan dasar” Finlandia mencetuskan ide bahwa kelas yang paling baik adalah kelas di mana murid lebih banyak berbicara dibanding guru. Selain itu, tokoh-tokoh pendidikan di Finlandia juga memakai pandangan John Dewey dalam pendidikannya, yaitu belajar dengan mempraktikkannya.[2] Iklim belajar siswa-siswa sekolah di finlandia sangat berbeda dengan Indonesia. Pendidikan di sekolah berlangsung rileks sehingga siswa tidak merasa sekolah sebagai aktivitas yang membosankan seperti di Indonesia. Saat masuk kelas siswa harus melepas sepatu, jadi ketika proses belajar mengajar mereka hanya berkaus kaki didalam kelas. Belajar aktif diterapkan guru di dalam kelas, siswa didorong untuk lebih banyak berbicara daripada guru di kelas. Semua guru di sekolah-sekolah Finlandia adalah tamatan S2 dan dipilih dari the best ten lulusan universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur. Di dalam kelas frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanyalah Matriculation Examination untuk masuk PT. masalah anggaran, pemerintah memberikan porsi anggaran untuk sekolah swasta sama besar dengan anggaran untuk sekolah negeri.

Masalah kualitas guru di Finlandia kiranya tak perlu dipersoalkan mutunya. Sudah dipastikan guru-guru di Finlandia adalah guru bermutu tinggi. Karena para guru dipilih yang paling berkualitas dan terlatih. Dan untuk bisa kuliah di jurusan pendidikan harus bersaing ketat, lebih ketat ketimbang persaingan di fakultas-fakultas bergengsi lainnya. Biasanya dari 7 peminat hanya 1 orang saja yang diterima. Padahal di Finlandia gaji guru tidak begitu besar. Tetapi negara dan rakyat Finladia menempatkan guru sebagai jabatan terhormat dan mereka yang menyandang jabatan itu pun juga merasa mendapat sebuah prestisius dan kebanggaan. Puncak kebanggaan mereka berhasil mendidik anak didik bukan berhasil memanipulasi nilai siswa. para guru di Finlandia akan selalu mengatakan “Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya.”[3]

Di dalam kelas, sangat jarang ada guru yang berdiri di depan kelas dan memberikan ceramah selama 50 menit. Siswalah yang menjadi pusatnya, dengan menentukan sendiri target mingguan dengan guru, pada bidang tertentu dan memilih tugasnya sendiri. Sehingga yang terjadi di kelas adalah: siswa berjalan kesana kemari, mengumpulkan informasi, bertanya pada guru dan bekerja sama dengan siswa lain dalam kelompok kecil. Desain pembelajaran semacam ini dikembangkan secara lokal oleh guru di sekolah. Sehingga, guru selalu ditantang untuk membuat kurikulum dan mengembangkan evaluasi kinerja yang sesuai dengan kondisi sekolah. Untuk itu saat menjalani pelatihan, guru dibekali dengan keterampilan mengajar siswa yang memiliki gaya belajar beragam, termasuk yang berkebutuhan khusus. Penekanannya adalah pada multikulturalitas dan pencegahan munculnya kesulitan belajar dan pembedaan. Dan pada akhirnya, slogan no child left behind pun menjadi nyata.

Kurikulum di Finlandia pun tidak terlalu ‘akademis’ seperti yang dibayangkan ada di negara dengan pencapaian akademis yang tinggi. Siswa di sekolah-sekolah Finlandia mengikuti jam belajar yang lebih sedikit. Sekolah dan guru diberi kebebasan dalam menentukan kurikulum, metode pengajaran dan juga materi ajar. Guru-guru juga mengadakan pertemuan, setidaknya satu kali dalam seminggu, untuk secara kelompok, merencanakan dan mengembangkan kurikulum. Di dalam pertemuan tersebut, semua guru didorong untuk saling berbagi material.[4]

Prinsip kurikulum pendidikan Finlandia adalah” Less is More“. Sekolah berfungsi sebagai tempat belajar dan eksplorasi potensi dimana sekolah menjadi lingkungan yang relaks dan tidak terlalu mengikat siswanya dengan jam belajar dan kapasitas tugas yang tidak terlalu membebani siswa. Di samping itu, tidak ada sistem peringkat untuk prestasi akademik dan ujian standarisasi dari tingkat sekolah dasar sampai dengan menengah pertama. Para siswa juga baru diuji dengan ujian standarisasi pada sekolah menengah tingkat akhir. Ujian ini pun bersifat optional, hanya bagi mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Bagi yang tidak mengikuti ujian, tetap bisa melanjutkan ke institusi pendidikan yang berorientasi ke praktek dunia kerja. Sistem pendidikan Finlandia sangat menitikberatkan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Finlandia optimis bahwa hasil terbaik hanya dapat dicapai bila kita lebih memperhatikan siswa yang kurang daripada terlalu menekankan target kepada siswa yang unggul. Dengan begitu, tidak ada anak-anak yang merasa tertinggal. Finlandia terbukti mampu mencetak anak-anak berprestasi di bidang akademik tanpa harus mengikuti standarisasi akademik konvensional yang kaku.[5]


[1]  Organisation for Economic Co-operation and Development. (2012). About PISA
[2]  Siina , V. (2012, January 25). News & Events.
[4]  Darling-Hammond, L. (2012, November). What we can learn from Finland’s successful school reform
[5] Anonymous. Kurikulum pendidikan finlandia : less is more (http://mjeducation.co/kurikulum-pendidikan-finlandia-less-is-more/

2 comments:

  1. sangat rasional bahwa membangun pendidikan dimulai dari penataan guru yg berkualitas.

    ReplyDelete