Wednesday, November 14, 2012

SSSSSttttttttt….Ada Sidang Paripurna

Seminggu ini ada banyak hal menarik yang ingin saya soroti. Tapi satu-satu dulu deh…mulai dari hari kamis kemarin, jadi ceritanya hari kamis kemarin ada sidang paripurna di DPRD provinsi jateng dengan agenda pembacaan nota keuangan dan RAPBD provinsi jateng tahun 2013, dan saya kebetulan mendapat kesempatan untuk menyaksikan agenda tersebut. Ya semacam agenda kuliah, begitu kira-kira..sebenaranya sudah dari sebulan yang lalu permohonan untuk mengikuti sidang ini kami layangkan ke anggota dewan yang terhormat. Tapi kesempatan itu baru muncul kamis kemarin. Itupun dengan agenda sidang yang kurang “seksi”…asumsi saya memang sengaja agar tidak ada aksi yang tidak diinginkan dari para mahasiswa, but…tht’s oke!!  

Apa saja yang menarik saudara-saudara? Baik..kita awali dari keberangkatan saya ke TKP, jarkom “harus sudah dilokasi jam 8 pagi” dan saya berangkat dari kost jam 08.15, hahaha…ini kebiasaan buruk yang barangkali kadarnya sekarang sudah jadi kebiasaan baik untuk sebagian orang, kenapa begitu..?? karena eh karena ternyata yang datang setelah saya juga banyak sekali jumlahnya, :D kalo alasan saya datang agak siang karena saya tau sidang tidak mungkin dimulai jam 8 pagi, paling cepat dimulai jam 9, khusnudzon saya teman-teman pun berfikir sama dengan saya,hehe…tapi apapun alasannya tetap saja ini kebiasaan buruk, karena secara tidak sadar sudah ter-mindset di kepala kita untuk berontak terhadap nilai-nilai kedisiplinan, saya jadi berfikir, mungkin inilah awal mula berkembangnya kultur “jam karet” orang-orang kita, meremehkan jadwal, “ahh…paling juga yang lain terlambat”; “ ahh…paling juga mulainya jam 9”; “ ahh…lebih baik ditunggu orang daripada menunggu orang” and so on. Sebagian besar orang terjangkit penyakit ini, termasuk saya, hehe…ada lagi, ternyata bukan cuma saya dan mahasiswa lain yang terjangkit penyakit ini, anggota dewan yg terhormat juga kena saudara-saudara, kasiann ya…sidang dimulai dari jam 9.30 lebih dari jadwal yang jam 9…ya..keduanya sama2 salah sebenarnya walaupun dalam konteks yg berbeda, tapi tetap saja dari tribun penonton sayup2 kekesalan mahasiswa dengan jam karet ala anggota dewan ini membahana, termasuk saya tentunya…haha :D jangan2 seandainya saya jadi anggota dewan, tingkah saya sama saja seperti mereka. Semoga tidak, hehe…!!! Jadi pengusaha lebih menarik daripada jadi anggota dewan… :D but…saya harus bilang bahwa benar-benar kuat sekali budaya ini mengakar, kuat sekali!!!

Oiya…Saya suka sifat fair, jadi sebisa mungkin saya tidak ingin seenaknya menyalahkan orang lain…tapi untuk hal yang satu ini saya cukup kecewa dengan anggota dewan dan para  mahasiswa yang ikut menyaksikan sidang bersama saya. Kenapa?? Oke…begini, Sidang dimulai dengan pembacaan surat2 yg saya tidak faham kontennya…tapi tidak masalah, karena bukan itu yang penting, selanjutnya adalah pembacaan nota keuangan dan RAPBD jateng 2013 oleh pak gubernur. Ini yang penting, pidato pembacaan nota keuangan dan RAPBD 2013 disampaikan panjang sekali…dan seperti yang saya duga, sebagian besar anggota dewan tidak terlalu memperhatikan penyampaian pak gubernur, suasana sidang menjadi seperti suasana kafe dengan pak gubernur sebagai penyanyi keroncong yang sedang perform di depan panggung. Audience (anggota dewan) ada yang sibuk berbicang dengan rekannya (mungkin curhat soal keluarganya, atau bisnisnya, yang jelas bukan curhat soal sulitnya bayar spp anak, hehe).,ada yang sibuk dengan handphone nya (sepertinya itu blackberry, karena khusuk sekali si ibu itu degan hapenya sampe senyum2 sendiri :D), ada juga yang berusaha menopang dagu agar kepalanya tidak “njedot” meja karena ngantuk, bahkan ada yang sibuk dengan dandananya. Ini kan yang banyak kita dengar dan menjadi kritik dahsyat masyarakat terhadap anggota dewan kita?? Saya yakin, yang mendengar hal ini pasti kesal, “anggota dewan makan gaji buta, gak mikirin rakyat etc” saya pun kesal, mendengar saja kesal…melihat sendiri jauh lebih mengesalkan…tapi, dari sana saya mulai bisa memahami kenapa bapak-ibu yang terhormat berbuat demikian, mereka bosan!!semua orang di dalam ruang sidang bosan…karena saya pun bosan, bosan sekali mendengar penyampaian pak gubernur dengan suara yang sangat mendayu-dayu dan melenakan mata manusia itu, tidur memang solusi terbaik saat itu, niat hati mendengarkan apa daya mata ini tak sanggup terbuka…oke, tapi saya tidak akan membela anggota dewan yang terhormat, sebosan apapun, itu tugas mereka…dan mereka harus menjalankan tugas mereka dengan sebaik-baiknya, singkatnya…bosan tidak jadi alasan bagi mereka untuk abai terhadap konten agenda sidang yang menentukan nasib rakyat yang mereka wakili, jika bosan jadi alasan, lebih baik tidak usah jadi anggota dewan. Begitu kira2.

Nah…yang lebih mengecewakan saya justru para mahasiswa yang ikut menyaksikan sidang, ternyata tidak jauh berbeda dengan bapak-ibu anggota dewan yang terhormat. Saat pidato pak gubernur disampaikan, tidak sedikit dari mereka yang acuh bin abai, sama seperti para anggota dewan, yang lebih mengesalkan adalah sesi foto2 menjadi lebih penting daripada mengamati konten sidang, narsis ria di depan kamera dan di upload ke jejaraing social mungkin jauh lebih urgent daripada mengamati jumlah alokasi dana untuk urusan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, atau besar dana perimbangan provinsi dalam RAPBD 2013. So…apa bedanya pengkritik (mahasiswa) dengan yang dikritik (anggota dewan)?? Saya tidak ingin kesal membabi buta dan menyalahkan rekan2 saya…Ini cukup jadi refleksi untuk saya pribadi dan barangkali mahasiswa yang lain. Ada kalanya sikap-sikap yang kita lakukan di lapangan, atau di kehidupan nyata...tidak sesuai dengan apa yang kita perjuangkan atau suarakan lantang dalam forum2 diskusi ataupun di kelas. Saya selalu ingat kata prof warella bahwa saat ini memang musuh terbesar para birokrat muda adalah dirinya sendiri. Selain juga system yang mengkooptasinya pada budaya yang korup bin kongkalikong. Tidak heran, reformasi birokrasi yang dijalankan pemerintah seperti jalan ditempat, apalagi yang kaitanya dengan ethics, birokrasi korup dan acuh terhadap kepentingan rakyat sepertinya telah menjadi laten, karena generasi penerusnya sudah “kadung” punya mental yang sama seperti seniornya….

(tulisan ini saya buat dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada bapak-ibu anggota dewan yang terhormat dan rekan-rekan mahasiswa yang selalu berjuang untuk kemajuan bangsa)

0 komentar:

Post a Comment