Seminggu
ini ada banyak hal menarik yang ingin saya soroti. Tapi satu-satu dulu deh…mulai
dari hari kamis kemarin, jadi ceritanya hari kamis kemarin ada sidang paripurna
di DPRD provinsi jateng dengan agenda pembacaan nota keuangan dan RAPBD
provinsi jateng tahun 2013, dan saya kebetulan mendapat kesempatan untuk
menyaksikan agenda tersebut. Ya semacam agenda kuliah, begitu
kira-kira..sebenaranya sudah dari sebulan yang lalu permohonan untuk mengikuti
sidang ini kami layangkan ke anggota dewan yang terhormat. Tapi kesempatan itu
baru muncul kamis kemarin. Itupun dengan agenda sidang yang kurang
“seksi”…asumsi saya memang sengaja agar tidak ada aksi yang tidak diinginkan
dari para mahasiswa, but…tht’s oke!!
Apa saja
yang menarik saudara-saudara? Baik..kita awali dari keberangkatan saya ke TKP,
jarkom “harus sudah dilokasi jam 8 pagi” dan saya berangkat dari kost jam
08.15, hahaha…ini kebiasaan buruk yang barangkali kadarnya sekarang sudah jadi
kebiasaan baik untuk sebagian orang, kenapa begitu..?? karena eh karena
ternyata yang datang setelah saya juga banyak sekali jumlahnya, :D kalo alasan
saya datang agak siang karena saya tau sidang tidak mungkin dimulai jam 8 pagi,
paling cepat dimulai jam 9, khusnudzon saya teman-teman pun berfikir sama
dengan saya,hehe…tapi apapun alasannya tetap saja ini kebiasaan buruk, karena
secara tidak sadar sudah ter-mindset di kepala kita untuk berontak terhadap
nilai-nilai kedisiplinan, saya jadi berfikir, mungkin inilah awal mula berkembangnya
kultur “jam karet” orang-orang kita, meremehkan jadwal, “ahh…paling juga yang
lain terlambat”; “ ahh…paling juga mulainya jam 9”; “ ahh…lebih baik ditunggu
orang daripada menunggu orang” and so on.
Sebagian besar orang terjangkit penyakit ini, termasuk saya, hehe…ada lagi,
ternyata bukan cuma saya dan mahasiswa lain yang terjangkit penyakit ini,
anggota dewan yg terhormat juga kena saudara-saudara, kasiann ya…sidang dimulai
dari jam 9.30 lebih dari jadwal yang jam 9…ya..keduanya sama2 salah sebenarnya walaupun
dalam konteks yg berbeda, tapi tetap saja dari tribun penonton sayup2 kekesalan
mahasiswa dengan jam karet ala anggota dewan ini membahana, termasuk saya
tentunya…haha :D jangan2 seandainya saya jadi anggota dewan, tingkah saya sama
saja seperti mereka. Semoga tidak, hehe…!!! Jadi pengusaha lebih menarik
daripada jadi anggota dewan… :D but…saya harus bilang bahwa benar-benar kuat
sekali budaya ini mengakar, kuat sekali!!!
Oiya…Saya
suka sifat fair, jadi sebisa mungkin saya tidak ingin seenaknya menyalahkan
orang lain…tapi untuk hal yang satu ini saya cukup kecewa dengan anggota dewan
dan para mahasiswa yang ikut menyaksikan
sidang bersama saya. Kenapa?? Oke…begini, Sidang dimulai dengan pembacaan surat2
yg saya tidak faham kontennya…tapi tidak masalah, karena bukan itu yang
penting, selanjutnya adalah pembacaan nota keuangan dan RAPBD jateng 2013 oleh
pak gubernur. Ini yang penting, pidato pembacaan nota keuangan dan RAPBD 2013 disampaikan
panjang sekali…dan seperti yang saya duga, sebagian besar anggota dewan tidak
terlalu memperhatikan penyampaian pak gubernur, suasana sidang menjadi seperti suasana
kafe dengan pak gubernur sebagai penyanyi keroncong yang sedang perform di
depan panggung. Audience (anggota dewan) ada yang sibuk berbicang dengan
rekannya (mungkin curhat soal keluarganya, atau bisnisnya, yang jelas bukan
curhat soal sulitnya bayar spp anak, hehe).,ada yang sibuk dengan handphone nya
(sepertinya itu blackberry, karena khusuk sekali si ibu itu degan hapenya sampe
senyum2 sendiri :D), ada juga yang berusaha menopang dagu agar kepalanya tidak
“njedot” meja karena ngantuk, bahkan
ada yang sibuk dengan dandananya. Ini kan yang banyak kita dengar dan menjadi
kritik dahsyat masyarakat terhadap anggota dewan kita?? Saya yakin, yang
mendengar hal ini pasti kesal, “anggota dewan makan gaji buta, gak mikirin
rakyat etc” saya pun kesal, mendengar
saja kesal…melihat sendiri jauh lebih mengesalkan…tapi, dari sana saya mulai
bisa memahami kenapa bapak-ibu yang terhormat berbuat demikian, mereka bosan!!semua
orang di dalam ruang sidang bosan…karena saya pun bosan, bosan sekali mendengar
penyampaian pak gubernur dengan suara yang sangat mendayu-dayu dan melenakan
mata manusia itu, tidur memang solusi terbaik saat itu, niat hati mendengarkan
apa daya mata ini tak sanggup terbuka…oke, tapi saya tidak akan membela anggota
dewan yang terhormat, sebosan apapun, itu tugas mereka…dan mereka harus
menjalankan tugas mereka dengan sebaik-baiknya, singkatnya…bosan tidak jadi
alasan bagi mereka untuk abai terhadap konten agenda sidang yang menentukan
nasib rakyat yang mereka wakili, jika bosan jadi alasan, lebih baik tidak usah
jadi anggota dewan. Begitu kira2.
Nah…yang
lebih mengecewakan saya justru para mahasiswa yang ikut menyaksikan sidang,
ternyata tidak jauh berbeda dengan bapak-ibu anggota dewan yang terhormat. Saat
pidato pak gubernur disampaikan, tidak sedikit dari mereka yang acuh bin abai,
sama seperti para anggota dewan, yang lebih mengesalkan adalah sesi foto2
menjadi lebih penting daripada mengamati konten sidang, narsis ria di depan
kamera dan di upload ke jejaraing social mungkin jauh lebih urgent daripada
mengamati jumlah alokasi dana untuk urusan pendidikan, kesehatan,
infrastruktur, atau besar dana perimbangan provinsi dalam RAPBD 2013. So…apa
bedanya pengkritik (mahasiswa) dengan yang dikritik (anggota dewan)?? Saya
tidak ingin kesal membabi buta dan menyalahkan rekan2 saya…Ini cukup jadi
refleksi untuk saya pribadi dan barangkali mahasiswa yang lain. Ada kalanya
sikap-sikap yang kita lakukan di lapangan, atau di kehidupan nyata...tidak
sesuai dengan apa yang kita perjuangkan atau suarakan lantang dalam forum2
diskusi ataupun di kelas. Saya selalu ingat kata prof warella bahwa saat ini
memang musuh terbesar para birokrat muda adalah dirinya sendiri. Selain juga
system yang mengkooptasinya pada budaya yang korup bin kongkalikong. Tidak
heran, reformasi birokrasi yang dijalankan pemerintah seperti jalan ditempat,
apalagi yang kaitanya dengan ethics, birokrasi korup dan acuh terhadap
kepentingan rakyat sepertinya telah menjadi laten, karena generasi penerusnya
sudah “kadung” punya mental yang sama
seperti seniornya….
(tulisan
ini saya buat dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada bapak-ibu anggota
dewan yang terhormat dan rekan-rekan mahasiswa yang selalu berjuang untuk
kemajuan bangsa)
0 komentar:
Post a Comment