Friday, March 20, 2015

The legend of kontrakan I-EROPA : Saat Dien Mereka Satu Demi Satu Mulai Genap


Kontrakan berbasis islami, enterpreneur, riset, organisatoris dan pecinta alam, dulu pernah ada lho sebuah kontrakan mahasiswa dengan nama se-narsis itu. Kelak saat gw punya anak nanti akan gw ceritakan legenda itu ke anak2 gw, hehe...

Kalo yang belum tau, gw ceritain sedikit yaaa... Legenda itu bermula 5 tahun yang lalu, saat beberapa orang mahasiswa dengan tingkat keberanian diatas rata2 memutuskan untuk tinggal bersama satu atap di sebuah rumah kosong di bilangan ngesrep, banyumanik , Semarang. Rumah tersebut telah 2 tahun ditinggalkan penghuninya sehingga kondisinya lebih mirip sebuah peternakan tuyul dan tempat bermain para dedemit lokal chapter banyumanik dan sekitarnya. Gelap, kotor, debu beterbangan, Sarang laba-laba bergelantungan, kelelawar mondar-mandir mampir numpang e'e di langit2 rumah, bekas celana dalam tercecer dimana-mana, bisa anda bayangkan bukan seperti apa kondisinya? Kalau sudah, gw lanjutin ceritanya... Nahh, Reputasi sebagai bangunan angker pun akhirnya dianugerahkan oleh warga sekitar kepada rumah 2 lantai ini, tapi semua berubah... Sejak negara api menyerang!! Hehe...bukan bukan, saat beberapa orang mahasiswa mengontraknya dengan harga yang relatif sangat murah. singkat cerita, Berkat merekalah Rumah tersebut berubah menjadi sebuah hunian yang nyaman (bagi para tikus dan sanak familinya) serta berkelas (minimal bagi para mahasiswa kere yang uang jajanya pas2an seperti kami, hahaha). Pada awal berdirinya, Ada 20 orang mahasiswa yang bersepakat. Berasal dari berbagai jurusan di universitas Diponegoro dan sebagian besar adalah mahasiswa angkatan 2008. nama kontrakan sendiri diambil sebagai representasi dari aktivitas para penghuninya di kampus. Islami karena kami memang mahasiswa2 soleh yang tongkronganya gak jauh2 dari masjid kampus dan selalu rajin ikut pengajian sore menjelang berbuka puasa di bulan ramadhan dari masjid ke masjid. Subhanallah.. begitupun dengan enterpreneur, riset, organisatoris dan pecinta alam adalah juga representasi dari beragam aktivitas yang biasa dijalani para penghuni kontrakan sehari-hari di dalam maupun diluar kampus. Seperti itu kira2.

5 tahun berlalu..Tak terasa, Waktu rasanya cepat sekali bergerak, bahkan saat ini gw masih ingat rasanya duduk di lantai paling atas kontrakan menikmati pemandangan gunung ungaran dari kejauhan, semilir anginya juga masih terasa di pipi gw...sekarang semua tinggal kenangan (baca bagian ini sambil muterin lagunya stinky ya.. "mungkinkaahh kita kan slalu bersama, meski terbentang jarak antara kitaaa...hehehe :D ). 2014 tahun lalu akhirnya kontrakan secara resmi kami tinggalkan, awal bulan oktober tepatnya karena yang punya rumah mengambil alih rumah itu untuk ditinggali. Ingin hati mencegah semua itu terjadi, tapi apa daya kami..beberapa rencana sempat terlintas dikepala agar rumah itu tidak jadi diambil alih, misalnya kami berencana mengembangbiakkan beberapa ekor tikus mutan di kontrakan, jadi saat pemilik rumah itu mengunjungi kontrakan, beberapa ekor tikus mutan itu akan menyerang si pemilik rumah dan kami akan pura2 menjadi pahlawan menyelamatkan si pemilik rumah, (fyi, kami sudah berlatih berburu tikus mutan setiap hari, itu lho tikus yang gedenya ngalahin kucing rumahan..jadi kami merasa yakin tikus2 itu bisa kami kalahkan), si pemilik rumah selamat dan yeeee...rumah itu dihadiahkan kepada kami. :) tapi rencana itu urung ditempuh karena kami keburu sadar terlalu banyak nonton FTV dan sinetron indosiar ternyata bisa merusak nalar.hahaha... Sampai akhirnya kami pasrah dan melepas kontrakan dengan lapang dada..( mungkinkaaahh kita kan slalu bersama, meski terbentang jarak antara kitaaaa.. :D )

Btw, Sebenarnya kali ini gw gak mau cerita tentang kontrakannya sih tapi tentang para penghuninya... yapp, 5 tahun berlalu begitu cepat dan banyak sekali perubahan yang terjadi. Waktu memang menyimpan rahasianya dengan begitu rapi, siapa sangka akhirnya beberapa personil kontrakan telah bertransformasi sedemikian rupa dari sebelumnya yang hanya para pecandu film2 korea, PES 2013, dangdut koplo atau anime dan manga naruto. sekarang sudah menjadi para expert di bidangnya masing2, ada yang sudah jadi dosen dan sedang studi s3 ke eropa, ada yang jadi engineer di berbagai perusahaan besar seperti chevron, PKT, rekind, astra dan ada pula yang fokus dengan bisnisnya. Semua bertransformasi menjadi sangat berbeda dari sebelumnya...ini pelajaran buat adik2 mahasiswa yang sekarang masih galau dengan masa depannya pasca kuliah ya, Sering2lah nonton drama korea, main PES 2013 atau bacalah manga online yg kalian suka setiap minggunya, siapa tau itu menginspirasi kalian untuk membuat rencana masa depan..hahaha

Yang juga berbeda dari personil kontrakan adalah beberapa diantara mereka kini telah menemukan tulang rusuk yang selama ini dicari, genap sudah separuh Dien mereka. Alhamdulillah... Sebenarnya ini tidak terlalu mengejutkan karena memang nikah di usia muda adalah cita2 beberapa diantara mereka. Rasulullah saja menikah umur 25 tahun, jadi sejauh bisa disegerakan ya segera tunaikan...sayangnya gw bukan salah satu diantara mereka, hehehe... Sabar sabar! :D

Gw sebutin satu2 boleh kali ya, yang pertama adalah Mihwar fauz, doi ini personil kontrakan pertama yang menggenapkan separuh agamanya. Yang patut diapresiasi adalah doi berani melamar wanita pujaan hatinya walaupun masih berstatus mahasiswa, iya..saat ini memang doi masih kuliah, jarang kan ada yang berani kayak gitu, bagi doi komitmen pernikahan adalah bukti cinta yang paling shahih...cakeeepp!! Dan wanita yang beruntung itu adalah adik angakatanya sendiri di FPIK, sekarang mereka lagi bareng2 menyelesaikan skripsi sambil bisnis sepatu. Romantis banget ya...dulu jaman gw garap skripsi, tesis juga sih..hehe begadang cuma ditemenin jangkrik sama cicek, kalo capek kadang2 suka ketiduran depan laptop sampe akhirnya jangkrik sm cicek itu bangunin gw, kalo tengah malem kelaperan gw harus keluar nyari mamang2 nasi goreng pinggir jalan, beda sama doi bro, enak...begadang garap skripsi di temenin istri, capek ada yang pijitin, laper pengen makan ada yang bikinin, kalo lagi stuck sama materi bisa refreshing, main sama istri... (refreshing nya gimana bro??), hmmmm Main PES kali ya...ahh sudahlahh, ahahaha :D

Yang kedua adalah Ikhwan shofarudin, sebenarnya ini cukup mengejutkan...doi jadi yang kedua, tapi semua keraguan itu dibayar lunas, karena diam2 persiapan menuju pelaminan itu sudah dirancang sedemikian rupa jauh sebelum kami semua menyadarinya. Gw termasuk orang yang salut dengan kesungguhan doi untuk hal yang satu ini, sebelum pernikahan doi belajar banyak tentang nikah, keluarga dan sekelumit tentangnya dari berbagai sumber, hasilnya pada hari pernikahan doi mendadak berubah menjadi bijak, gw gak begitu faham antara benar2 bijak atau sok bijak karena merasa diatas angin di depan kami para jomblo ini, tapi yang jelas hal itu patut dicontoh oleh siapapun yang berencana menikah dalam waktu dekat, bahwa untuk pernikahan yang berkualitas memang butuh ilmu dan persiapan yang cerdas , dan yang dilakukan Ikhwan adalah contoh sempurna untuk itu semua. Oiya...wanita yang beruntung (masih menjadi perdebatan sebenernya dalam hal ini siapa yang lebih beruntung, walaupun dalam benak kami sebetulnya ikhwan lah yang beruntung mendapatkan cinta si wanita, hahaha :D ) mendampingi doi mengarungi samudera kehidupan itu adalah wanita yang doi temui ketika mengikuti sebuah event lomba riset ( PKM kalo gak salah, entahlah gw gak begitu faham lomba2 semacam itu) yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya di sebuah universitas, tuh kan ini juga bukti kalo jodoh memang sudah di siapkan sedemikian rapihnya oleh sang pencipta. Jadi penasaran siapa ya jodoh gw???? Hahahaha

Kemudian selanjutnya adalah Bhagus Alfiyan, mantan menteri agama kontrakan yang solehnya gak ketulungan ini akhirnya melabuhkan hatinya pada seorang wanita yang ditemuinya melalui proses ta'aruf di jakarta. Laki-laki yang baik memang hanya untuk wanita yang baik begitu kira-kira. Sayang gw gak bisa hadir di acara pernikahannya karena pada waktu itu gw harus berjibaku mengejar dosbing tesis gw yang baik hatinya. demi 3 huruf sakral yang dirindukan semua mahasiswa... Dari acara pernikahan itu ada hal yang sangat menginspirasi,paling gak buat gw sendiri. menurut keterangan teman kontrakan yang hadir pada acara akad nikahnya, salah satu mas kawin yang berikan untuk sang istri adalah hafalan surat ar-rahman...subhanallah, terbukti memang kesolehan mantan kadep HRD insani ini, haha...menginspirasi karena dari situ gw jadi termotivasi untuk memberi hadiah hafalan surat alqur'an juga untuk sang istri kelak, untuk ukuran gw yang solehnya masih setengah2 ini Ar-rahman sudah sangat luar biasa, dan alhamdulillah..walaupun dengan tertatih-tatih akhirnya gw hafal juga. buat akh bhagus, Semoga setelah menikah ini antum gak lagi dipanggil adik ketika belanja di indomar*t ya akh..hehehe

Yang selanjutnya adalah tri nugroho, atau biasa disapa trinug...gw harus bilang, siapapun wanita yang ditakdirkan mendampingi doi adalah wanita yang sangat beruntung. Dari sejak kuliah doi termasuk salah satu spesies mahasiswa yang unik menurut gw, unik karena menurut gw doi adalah representasi dari mahasiswa anti mainstream di kampus, selain soleh doi juga seorang yang sederhana, pekerja keras, visioner dan optimistik level akut. Gw kira hampir semua mahasiwa teknik undip kenal sosok trinug dengan motor baja hitamnya yang melegenda dan gendongan box besar di kanan dan kirinya yang penuh dengan cup cup susu dipomilko itu. berkat doi kebutuhan protein gw di kontrakan bisa sedikit terpenuhi lewat gratisan susu dipomilkonya di akhir bulan,hahaha... Dan yang akhirnya dipilih oleh doi untuk menjadi pendamping hidup adalah wanita bernama evi nurul hayati, gw gak begitu mengikuti kisah cinta dua sejoli ini sampai akhirnya menikah pada akhir tahun lalu, karena itu gak banyak yang bisa gw ceritakan disini.. Dan yang terakhir adalah Ridwan mansyur. Menurut legenda, doi adalah penghuni kontrakan yang paling berpengaruh karena dalam waktu yang cukup lama dia menjabat sebagai presiden kontrakan secara aklamasi, lebih tepatnya aklamasi oleh dirinya sendiri, hahaha...karena kami gak ada yang milih. ceritanya doi masih anget2nya nih jadi pengantin, kalo di film itu lagi seru2nya... (seru gimana bro?? ) pokoknya seru lah...jangan terlalu detail membahas keseruannya ya, oke2...seperti halnya trinug, gak banyak yang bisa di ceritakan tentang kisah cinta sang aktivis gahar ini, tapi berdasarkan keterangan dari berbagai sumber sih wanita yang akhirnya dipilih menjadi permaisuri adalah aktivis seperjuangan doi bro. Kalo kata om gito rollis di film janji joni... tempat yang paling tepat buat ketemu jodoh memang di tempat kita biasa beraktivitas, bisa di tempat kerja atau di lembaga yang diikuti bersama. Mungkin begitu kira2 ceritanya. buat trinug dan ridwan, karena masih pengantin baru...semoga sakinah mawadah warohmah. dikarunia keturunan yang soleh solihah. pasca pernikahan mereka berdua, kini tagline di grup WA kontrakan berganti dari yang sebelumnya bertema "good husband wanna be", kini sudah menjadi "good father wanna be", waduhhh...gw curiga jangan2 ini memang salah satu bentuk provokasi yang terencana. haha

Siapa selanjutnya?? Masih ditunggu...waktu masih menyimpan rahasianya dengan begitu rapi, penuh teka teki dan Kita tak pernah bisa menerka-nerka apa yang nanti akan terjadi. Waktu juga ditakdirkan menyimpan banyak kenangan, kontrakan berbasis bla bla bla memang sudah tak lagi ada tapi kenangan tentangnya akan selalu terekam dalam ingatan sebagai bagian perjalanan hidup yang layak untuk dikenang. Kini, dien mereka satu demi satu telah genap...halaman demi halaman perjalanan hidup yang baru pun mulai dibuka satu demi satu. Semangat guys... Sampai nanti, di puncak kesuksesan kita bertemu!!!
Fauz beserta istri
ikhwan beserta istri
bhagus beserta istri
trinug beserta istri featuring personil kontrakan
ridwan beserta istri

Monday, March 16, 2015

Membangun Sektor UMKM Kota Cirebon yang Berdaya Saing


Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwasanya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) adalah sektor yang mempunyai peranan sangat besar dalam mendorong perekonomian di kota cirebon bahkan di Indonesia secara keseluruhan, sektor UMKM hingga saat ini masih menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di bandingkan dengan sektor lain, data dari kementrian Koperasi menunjukan bahwa lebih dari 95% tenaga kerja terserap dari sektor ini, begitu juga dengan kota Cirebon. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa UMKM telah menempati posisi yang sangat vital bagi perekonomian. Banyak warga kota Cirebon dan sekitarnya yang hidupnya sangat bergantung dari keberlangsungan sektor ini, namun sangat di sayangkan kenyataan dilapangan menunjukan sektor UMKM masih belum mendapat perhatian yang besar dari Pemerintah Daerah, Sektor UMKM merupakan salah satu sektor yang menyumbang APBD cukup besar dan sudah seharusnya mendapat perhatian yang besar pula dari Pemerintah Daerah kota Cirebon.

Saat ini banyak sekali UMKM di kota Cirebon yang masih terkendala masalah permodalan dan akses pasar, hal ini jelas menghambat sektor ini untuk berkembang lebih besar. Masalah-masalah yang dihadapi UMKM ternyata tidak sampai disitu, mulai diberlakukanya globalisasi perdagangan (MEA) dengan negara-negara ASEAN pada 2016 nanti juga turut mengancam keberadaan UMKM terutama sektor usaha yang mempunyai modal relatif kecil. Melihat potensi seperti itu, Pemerintah Daerah kota Cirebon sudah seharusnya memberi perhatian lebih untuk mendorong sektor ini agar mempu bertahan dan bersaing di tengah terpaan globalisasi ekonomi yang kini sudah mulai terasa dampaknya. Kebijakan-kebijakan yang selama ini telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah masih belum dilakukan secara komprehensif, kurang terarah dan masih bersifat tambal sulam. padahal UMKM masih memiliki banyak permasalahan yang perlu mendapatkan penanganan dari otoritas untuk mengatasi keterbatasan akses ke kredit bank atau sumber permodalan lain dan akses pasar. Masih banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh UMKM membuat kemampuan UMKM berkiprah dalam perekonomian tidak dapat maksimal.

Akses permodalan bagi UMKM harus dibuka selebar-lebarnya oleh pemerintah agar tidak ada lagi sektor UMKM yang kekurangan modal, Pemerintah Daerah bisa melakukan penjaminan kredit kepada UMKM melalui kerjasama dengan lembaga penjaminan kredit atau bisa juga membuat lembaga penjaminan kredit sendiri, manfaatnya memang tidak secara instan dirasakan/diperoleh Pemerintah Daerah dan berpengaruh langsung terhadap penerimaan daerah dalam waktu singkat, manfaat bagi daerah baru dapat dirasakan ketika UMKM yang mendapatkan tambahan modal dapat berkembang sehingga menggerakkan ekonomi daerah, meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pada akhirnya akan menambah pendapatan asli daerah. Oleh sebab itu, penting bagi Pemerintah Daerah untuk tetap melakukan seleksi dan pembinaan bagi UMKM khususnya UMKM yang akan mendapat fasilitas penjaminan kredit. Atau secara singkat dapat dijelaskan bahwa upaya penjaminan kredit akan dapat menghasilkan output yang optimal apabila dilakukan secara sinergi dengan upaya pemberdayaan UMKM lainnya yaitu melalui pendampingan, bimbingan teknis dan sebagainya.

Selain pemberian akses kredit yang mudah bagi UMKM, akses pemasaran produk-produk UMKM ke pasar dalam negeri dan luar negeri juga harus di tingkatkan, tentu harus juga di imbangi dengan peningkatan kualitas produksi dari UMKM. Oleh karena itu pengetahuan mengenai pemasaran produk haruslah dimiliki oleh setiap UMKM, dan tugas Pemerintah Daerah adalah memberikan pelatihan-pelatihan kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah ini. Pemerintah harus menjadi fasilitator yang mendorong kapasitas UMKM kearah yang lebih maju agar bisa bersaing di pasar global.

Tidak kalah penting juga, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah harus benar-benar netral terhadap jenis atau skala usaha, jangan sampai ada ketimpangan perlakuan antara satu dengan yang lain, semua harus mendapat perlakuan yang sama. Di samping itu tidak ada salahnya pula Pemerintah Daerah menerapkan kebijakan proteksi terhadap usaha-usaha yang baru tumbuh yang biasanya berskala kecil. Namun jangka waktunya harus jelas dan tidak lama, dan kebijakan ini harus bersifat pembelajaran. Persis seperti orang tua melindungi anaknya yang masih dibawah umur dengan sekaligus mendidiknya untuk bisa menjadi seorang dewasa tepat waktu. Selama ini program-program pengembangan UMKM telah membuat banyak UMKM menjadi sangat tergantung pada bantuan atau perlindungan pemerintah. Salah satu yang pemerintah perlu lakukan yang merupakan bagian dari kebijakan pembelajaran adalah membantu UMKM meningkatkan daya saingnya lewat proses capacity building.

Menjadi tugas berat tentunya bagi pemimpin baru kota Cirebon untuk mendorong sektor UMKM ini untuk lebih berkembang. Membangun sektor UMKM yang berdaya saing global. Komitmen dari Pemimpin akan sangat dibutuhkan dalam mewujudkan cita-cita ini, kita tunggu saja.


*Penulis adalah pengamat pembangunan dan otonomi daerah, alumnus Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, Jurusan Administrasi Publik. 


source gambar : www.citizenmagz.com

Saturday, March 14, 2015

Otonomi Desa : Harapan dan Tantangan Kesejahteraan



Perwujudan otonomi daerah yang lebih konkret akhirnya menemui babak baru dengan disahkannya UU no 6 tahun 2014 tentang Desa. Ini menjadi awal sejarah bagi keberlanjutan perkembangan desentralisasi di Indonesia, UU baru ini akhirnya menempatkan desa memiliki otonominya sendiri. Tak bisa dipungkiri desa adalah bagian penting dari pembangunan nasional. Berdasarkan data dari BPS tahun 2012 jumlah desa di indonesia mencapai 79.702 desa, jumlah ini masih jauh lebih banyak daripada jumlah kelurahan yakni sebanyak 7.878. data tersebut memberikan gambaran bahwa lebih dari 85% wilayah NKRI adalah pemerintahan desa dan hanya sekitar 15% merupakan pemerintahan kelurahan yang bersifat perkotaan. Dengan demikian kedudukan desa sangatlah penting sebagai alat untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Karena desa dalam hal ini berperan sebagai agen pemerintah terdepan yang dapat menjangkau kelompok sasaran riil pembangunan yang hendak disejahterakan.

Bergulirnya otonomi desa pasca UU Desa memiliki konsekuensi yang besar, ia bisa berarti harapan jika secara implementatif dijalankan dengan benar dan bertanggungjawab oleh para pelaku kebijakan di desa, dan bisa juga berarti tantangan karena banyak sekali potensi korupsi yang bisa dimanfaatkan oleh oknum aparatur yang tidak bertanggungjawab disana. Secara singkat undang-undang tersebut mengatur tata kelola pemerintahan desa, baik perangkat, maupun pengembangan ekonomi yang mungkin dikembangkan di desa serta penguatan sistem informasi desa. pemerintah desa memiliki kewenangan yang tinggi dalam pengembangan desa. selain itu, dibangunnya mekanisme checks and balances dengan diaktifkannya BPD untuk mendorong akuntabilitas pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat. jika secara implementatif undang-undang ini dijalankan secara benar dan sungguh-sungguh, maka potensi kesejahteraan desa sangat mungkin dicapai.

Berkenaan dengan itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait bergulirnya otonomi desa. Yang pertama adalah soal kesiapan aparatur desa sebagai pelaksana kebijakan dan kuasa anggaran. Sudah menjadi rahasia umun jika saat ini desa masih belum memiliki pola manajerial yang baik. pemerintah desa dalam hal ini kepala desa, carik dan perangkat lainnya sebagian besar tidak memiliki kapasitas yang cukup di dalam pengelolaan administrasi pemerintahan secara profesional, hal ini dikarenakan mekanisme rekrutmen perangkat pemerintahan desa biasanya dilakukan secara politis atas dasar balas budi kepala desa kepada para pengusungnya pada saat pilkades. Sehingga banyak dari mereka yang tidak memiliki basic keilmuan dan pengetahuan tentang administrasi pemerintahan. Oleh sebab itu, kapasitas SDM pemerintahan desa harus segera dibenahi karena UU desa menghendaki adanya pengelolaan administrasi pemerintahan yang profesional dan rigid. jangan sampai akibat dari ketidaksiapan aparatur pemerintah desa dengan peng-administrasian keuangan dan mekanisme laporan pertanggungjawaban anggaran yang sangat ketat ini kemudian banyak Kades yang akhirnya tersandung masalah.

Yang kedua adalah berkaitan dengan mekanisme pengawasan terhadap pengelolaan anggaran untuk pembangunan yang berorientasi kesejahteraan itu sendiri. titik rawannya terletak pada jumlah alokasi anggaran yang mencapai 10% dari APBN untuk desa di seluruh indonesia, artinya setiap desa kurang lebih akan menerima anggaran sebesar 1 Milyar per tahun. Jumlah ini tergolong besar untuk ukuran desa. Jumlah anggaran yang besar dengan ruang kewenangan desa yang juga begitu besar membawa konsekuensi penyelewengan semakin terbuka lebar. Jika tidak ada pengawasan yang baik bisa terjadi mis-alokasi dan migrasi korupsi dari pusat ke desa, Desa pun bisa menjadi sarang korupsi baru. Oleh karena itu, mekanisme cheks and balance harus benar-benar didorong sebagai langkah pengawasan, bukan hanya oleh BPD melainkan juga oleh masyarakat desa secara keseluruhan. Artinya, kesiapan masyarakat untuk terlibat aktif di dalam mengawal pembangunan di desanya juga harus menjadi perhatian tersendiri. Perlu adanya sosialisasi yang massif kepada masyarakat desa perihal peran mereka di dalam pembangunan di daerahnya, karena pemahaman yang baik adalah modal untuk terlibat aktif mengawasi proses pembangunan.

Masyarakat harus mendorong adanya transparansi dan akuntabilitas kebijakan di desa, caranya adalah dengan mengaktifkan kembali berbagai pos komunitas seperti karang taruna, kelompok tani/nelayan, tokoh masyarakat, PKK dan lain-lain di desa dan memberdayakannya untuk terlibat di dalam proses pembangunan. Mulai dari perencanaan, seperti ikut merumuskan kebijakan pada kegiatan musrenbang hingga pengawasan pasca implementasi kebijakan. Jika tantangan yang begitu kompleks ini disikapi dengan sungguh-sungguh niscaya harapan kesejahteraan di desa bukan lagi sekedar angan-angan. terhadap penerapan undang-undang tentang desa ini, pemerintah pusat dan daerah selaku unit pemerintahan yang berada diatas desa harus menjadi pendamping untuk memperkuat kapasitas desa dalam pengelolaan sumberdaya daerahnya. fokus kesejahteraan masyarakat harus menjadi perhatian bersama para pengambil kebijakan baik di tingkat pusat, daerah maupun desa sehingga kebijakan yang dibuat menjadi berkesinambungan. jangan sampai UU yang telah diperjuangkan selama tujuh tahun ini kembali tidak terdefinisikan secara implementatif bagi kesejahteraan masyarakat, tapi hanya proses migrasi korupsi dari pusat/daerah ke desa seperti sebelum-sebelumnya. apalagi ditambah dengan kemampuan manajerial desa yang masih rendah semakin mengafirmasi keraguan akan keberhasilan UU tentang desa tersebut. tantangan harus dihadapi dengan kerjasama yang baik dari berbagai pihak, dengan begitu otonomi desa akan berkorelasi positif dengan kesejahteraan. selamat membnagun desa!


-Suwandi suwe

*Penulis adalah pengamat pembangunan dan otonomi daerah, alumnus Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, Jurusan Administrasi Publik.