Monday, October 1, 2012

Keteladanan Dari Teman-Teman

Kali ini kita bicara soal keteladanan. Referensi saya masih dari buku catatan sang penggoda indonesia yang saya baca beberapa waktu yang lalu. Berikut ini adalah keteladanan yang saya rekam diam-diam dari sahabat dan orang-orang dekat . ada teman yang saya kagumi karena orang ini tidak mau didikte oleh perasaan. Terapinya sungguh sederhana, jika tubuhnya lesu, ia memaksa untuk terus bergerak kalau perlu sampai berjingkrak-jingkrak seperti orang gila. Cara sederhana inilah yang saya duga telah merubah seluruh hidupnya menjadi yang saya kenal sekarang.

Orang ini tidak mengenal Anthony robbins penulis unlimited power yang hebat itu. Ia sama sekali tidak mengenal ajaran robbins bahwa motion bisa mengubah emotion, bahwa menciptakan kesegaran bisa dimulai dari gerakan. Yang ia tahu, bahwa mengusir kelesuan itu gampang, asal seseorang mau bergerak. Dan ia menjadi ketagihan bergerak karena hasilnya bukan Cuma kesegaran tapi juga kegembiraan. Jadi, orang ini amat mudah bergembira dan orang-rorang disekitarnya mudah pula tersulut gairahnya.

Jadi, tak banyak sebetulnya yang ia kerjakan. Cuma satu saja, bergembira. Tapi, yang tak pernah saya dug adalah betapa gampang energi gembira itu menyebar kemana-mana.sepanjang dia ada , ada saja gelak tawa bersama. Ia tak punya potensi menghibur teman, juga tidak sedang sok bahagia daripada orang lain. ia Cuma sedang menerangkan apa yang ia rasakan, bergembira. Melihat orang yang sedang bergembira, ternyata memang jauh lebih menggembirakan ketimban memandangi orang yang tengah mengeluh dan sengsara. Dari hasil kegembiraan itu saja, saya menduga ia telah menuai banyak hal, mulai dari teman, rejeki, dan hidup yang tidak penuh persoalan.

Teman saya kedua, kebalikan dari teman pertama. Ia orang yang pasif dan amat pendiam. Baru kali ini saya mengerti betapa hebat energi diam itu, terutama jika digunakan untuk mendengar. Semua orang doyan bicara, tapi sedikit saja manusia yang doyan mendengar. Maka dalam soal mendengar, orang ini hampir tanpa saingan. Semua orang yang doyan bicara itu akan menemukan zona kenyamanan bila bertemu orang ini.

Semua jenis omongan sepertinya dia sanggup mendengarkan. Semua orang menjadi betah bicara didepanya karena didengarkan. Maklum, kesukaan untuk didengar memang hobi setiap orang dari berbagai status dan keadaan. Orang susah butuh bicara soal kesusahanya, yang gembira butuh mengabarkan kegembiraanya, bahkan para pembohong pun butuh didengar kebohonganya. Kemampuan mendengar orang ini membuat setiap orang merasa penting dan berharga.

Jadi modal orang ini juga tak banyak, Cuma mendengar. Pandai omong ia tidak, untuk melucu ia terlalu pemalu, untuk memulai pembicaraan a kikuk, bakat besar satu-satunya adalah pendengaranya. Dan hanya dengan modal sederhana itu, saya mengagumi apa yang telah ia capai sekarang, bukan soal kekayaan dan jumlah duitnya, tapi betapa banyak orang yang menyukainya. Betapa ia dikaruniai hidup yang tenang. Jadi, betapa luar biasa energi dim yang tampaknya tidak seberapa itu.

Jika Cuma dengan satu modal saja, dua teman itu telah meraih mutu hidup yang menggembirakan, teman ketiga yang ingin saya ceritakan ini malah memliki tiga modal sealigus. Pertama ia pintar bicara, kedua sopan, ketiga dermawan. Sungguh gabungan modal yang luar biasa . begitu pintarnya dia berbicara sehingga lawan main tak pernah mendapat giliran. Jika pun si lawan hendak mengambil bagian, buru-buru dibantahnya, untuk kembali dia pula yang mengambil alih keadaan.

Celakanya, si lawan bicara ini tak berdaya karena kalah oleh sopan santunnya. Sudah sopan, ia gemar mentraktir pula. Jika suatu kali makan bersama, ia selalu tak boleh kalah beradu cepat menuju kasir. Dan jika pun ada teman yang mendahului kasir ia harus kecewa karena teman ketiga inisudah menitikan uang sebelunya, betapa hebat modal orang ini, pintar bicara, dermawan, dan sopan pula

Tapi, anehnya, jika tidak terpaksa, pertemuan dengan orang seperti ini adalah jenis yang hendak saya singkiri. Karena sopan santunya itu membuat kita enggan membantah meskipunmeskipun kita sebal pada wataknya yang Cuma mau melulu bicara, enggan mendengar, dan malah rajin pula menasehati. Nasihatnya, meskipun tak kita butuhkan, harus tetap kita dengarkan karena ia habis mentraktir makan. Jadi, kesopanan dalam kedermawanan itu adalah alat penindas yang menakutkan karea kita terlajur tak tega untuk melawan.

Tapi, semuanya adalah teman-teman yang saya cintai karena dari mereka saya mendapat banyak pelajaran. Betapa ada teman yang Cuma memiliki satu modal bisa demikian menyenangkan dan betapa ada teman yang memiliki tiga modal sekaligus bisa begitu memuakkan. :D

0 komentar:

Post a Comment