Kali ini kita bicara soal keteladanan.
Referensi saya masih dari buku catatan sang penggoda indonesia yang saya baca
beberapa waktu yang lalu. Berikut ini adalah keteladanan yang saya rekam
diam-diam dari sahabat dan orang-orang dekat . ada teman yang saya kagumi
karena orang ini tidak mau didikte oleh perasaan. Terapinya sungguh sederhana,
jika tubuhnya lesu, ia memaksa untuk terus bergerak kalau perlu sampai
berjingkrak-jingkrak seperti orang gila. Cara sederhana inilah yang saya duga
telah merubah seluruh hidupnya menjadi yang saya kenal sekarang.
Orang ini tidak mengenal Anthony robbins
penulis unlimited power yang hebat itu. Ia sama sekali tidak
mengenal ajaran robbins bahwa motion bisa mengubah emotion, bahwa menciptakan
kesegaran bisa dimulai dari gerakan. Yang ia tahu, bahwa mengusir kelesuan itu
gampang, asal seseorang mau bergerak. Dan ia menjadi ketagihan bergerak karena
hasilnya bukan Cuma kesegaran tapi juga kegembiraan. Jadi, orang ini amat mudah
bergembira dan orang-rorang disekitarnya mudah pula tersulut gairahnya.
Jadi, tak banyak sebetulnya yang ia
kerjakan. Cuma satu saja, bergembira. Tapi, yang tak pernah saya dug adalah
betapa gampang energi gembira itu menyebar kemana-mana.sepanjang dia ada , ada
saja gelak tawa bersama. Ia tak punya potensi menghibur teman, juga tidak
sedang sok bahagia daripada orang lain. ia Cuma sedang menerangkan apa yang ia
rasakan, bergembira. Melihat orang yang sedang bergembira, ternyata memang jauh
lebih menggembirakan ketimban memandangi orang yang tengah mengeluh dan
sengsara. Dari hasil kegembiraan itu saja, saya menduga ia telah menuai banyak
hal, mulai dari teman, rejeki, dan hidup yang tidak penuh persoalan.
Teman saya kedua, kebalikan dari teman
pertama. Ia orang yang pasif dan amat pendiam. Baru kali ini saya mengerti
betapa hebat energi diam itu, terutama jika digunakan untuk mendengar. Semua
orang doyan bicara, tapi sedikit saja manusia yang doyan mendengar. Maka dalam
soal mendengar, orang ini hampir tanpa saingan. Semua orang yang doyan bicara
itu akan menemukan zona kenyamanan bila bertemu orang ini.
Semua jenis omongan sepertinya dia sanggup
mendengarkan. Semua orang menjadi betah bicara didepanya karena didengarkan.
Maklum, kesukaan untuk didengar memang hobi setiap orang dari berbagai status
dan keadaan. Orang susah butuh bicara soal kesusahanya, yang gembira butuh
mengabarkan kegembiraanya, bahkan para pembohong pun butuh didengar
kebohonganya. Kemampuan mendengar orang ini membuat setiap orang merasa penting
dan berharga.
Jadi modal orang ini juga tak banyak, Cuma
mendengar. Pandai omong ia tidak, untuk melucu ia terlalu pemalu, untuk memulai
pembicaraan a kikuk, bakat besar satu-satunya adalah pendengaranya. Dan hanya
dengan modal sederhana itu, saya mengagumi apa yang telah ia capai sekarang,
bukan soal kekayaan dan jumlah duitnya, tapi betapa banyak orang yang
menyukainya. Betapa ia dikaruniai hidup yang tenang. Jadi, betapa luar biasa
energi dim yang tampaknya tidak seberapa itu.
Jika Cuma dengan satu modal saja, dua
teman itu telah meraih mutu hidup yang menggembirakan, teman ketiga yang ingin
saya ceritakan ini malah memliki tiga modal sealigus. Pertama ia pintar bicara,
kedua sopan, ketiga dermawan. Sungguh gabungan modal yang luar biasa . begitu
pintarnya dia berbicara sehingga lawan main tak pernah mendapat giliran. Jika
pun si lawan hendak mengambil bagian, buru-buru dibantahnya, untuk kembali dia pula
yang mengambil alih keadaan.
Celakanya, si lawan bicara ini tak berdaya
karena kalah oleh sopan santunnya. Sudah sopan, ia gemar mentraktir pula. Jika
suatu kali makan bersama, ia selalu tak boleh kalah beradu cepat menuju kasir.
Dan jika pun ada teman yang mendahului kasir ia harus kecewa karena teman
ketiga inisudah menitikan uang sebelunya, betapa hebat modal orang ini, pintar
bicara, dermawan, dan sopan pula
Tapi, anehnya, jika tidak terpaksa,
pertemuan dengan orang seperti ini adalah jenis yang hendak saya singkiri.
Karena sopan santunya itu membuat kita enggan membantah meskipunmeskipun kita
sebal pada wataknya yang Cuma mau melulu bicara, enggan mendengar, dan malah
rajin pula menasehati. Nasihatnya, meskipun tak kita butuhkan, harus tetap kita
dengarkan karena ia habis mentraktir makan. Jadi, kesopanan dalam kedermawanan
itu adalah alat penindas yang menakutkan karea kita terlajur tak tega untuk
melawan.
Tapi, semuanya adalah teman-teman yang
saya cintai karena dari mereka saya mendapat banyak pelajaran. Betapa ada teman
yang Cuma memiliki satu modal bisa demikian menyenangkan dan betapa ada teman
yang memiliki tiga modal sekaligus bisa begitu memuakkan. :D
0 komentar:
Post a Comment