Tuesday, August 20, 2013

Dengarkan Curhatku : Sekolah Harusnya Murah!!!

Saya ingat betul bagaimana perjuangan saya untuk bisa menikmati pendidikan sampai perguruan tinggi. orang tua harus banting tulang mati-matian untuk membayar ongkos sekolah yang untuk ukuran keluarga saya sangat mahal. Teman-teman saya di desa bahkan banyak yang tidak pernah berfikir tentang kuliah karena kuliah bagi mereka ibarat barang mewah yang tidak perlu susah-susah diperjuangkan karena memang untuk ukuran mereka tempatnya cuma ada diangan-angan, masalahnya bukan karena tidak faham arti penting pendidikan tapi lebih banyak karena ongkosnya yang membumbung diluar kemampuan.

Akhir-akhir ini saya mencoba mencari sekolah untuk adik saya, tentu saya mencari sekolah dengan kualitas baik dan murah, atau paling tidak bisa dijangkau oleh kemampuan ekonomi keluarga yang tak seberapa, hasilnya tak kunjung saya temui sekolah dengan kualitas baik yang ongkosnya bisa kami jangkau. Barangkali memang “makin mahal makin bermutu” sudah menjadi kredo dunia pendidikan saat ini, persis kredo rumah bordil!!. Dan tentu dengan kredo semacam itu ada diskriminasi yang tegas terhadap kalangan miskin, padahal jelas-jelas dalam konstitusi diamanatkan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga Negara tanpa ada pembedaan status sosial. Kondisi ini diperparah lagi dengan Realitas dimana banyak juga sarjana yang ujung-ujungnya tak kebagian pekerjaan. sudah susah payah keluar uang untuk sekolah yang jumlahnya tidak sedikit ujung-ujungnya jadi pengangguran ini tentu sebuah kesalahan. Agaknya pendidikan yang mahal ini terjadi karena negara yang terlalu malas untuk mengambil peran, hasilnya kapitalisme pendidikan merajalela. Pendidikan pun menjadi komoditi para pengusaha dan penguasa. Akhirnya saya pun bisa memahami bahwa banyak persoalan negeri ini, soal korupsi, kenakalan remaja (yang sekarang sudah bertransformasi menjadi kejahatan remaja), kemiskinan, kriminalitas tak pernah lepas dari kontribusi dunia pendidikan yang kacau balau ini.

Mari kita coba telaah, kata kuncinya adalah kompetisi dan globalisasi, kini sekolah adalah tempat dimana ruang belajar bukan lagi ada pada guru. Belajar identik dengan perolehan kemampuan dan keterampilan. Seperti computer, bahasa asing dll. Muaranya adalah pada bagaimana para siswa dapat berkompetisi di era globalisasi. Dunia yang semakin menciut ini telah meletakkan badan setiap orang untuk bergesekan dan berlomba. Berebut posisi dan kedudukan kian membuat kebutuhan untuk menjadi unggul jadi sesuatu yang primer. Keunggulan itulah yang telah membuat sekolah seperti perusahaan catering. Menyiapkan macam-macam menu yang diorientasikan pada rasa enak dan kenyang. Sekolah tidak bangga karena murah biaya, tapi akan bertepuk dada karena fasilitas yang lengkap. Fasilitas itu bentuknya berupa gedung dan ruangan yang megah, hingga pengajar dari berbagai Negara, janjinya selalu saja serupa, akan lahir lulusan yang siap bertarung dalam iklim global.

Globalisasi ini memang membuat setiap orang dihinggapi rasa takut dan cemas, karenanya pengangguran telah membuat setiap lapis generasi harus siap untuk menjadi orang terbuang. Lembaga pendidikan pun akhirnya mengalami nasib yang tragis. Lembaga pendidikan berjalan dengan orientasi meraup laba sebesar-besarnya. Pendidikan kini harus mengubah strategi, dari upaya untuk pencerdasan menjadi unit bisnis untuk melahirkan produk sebanyak-banyaknya. Pendidikan saat ini berubah menjadi mesin industri. Mesin yang bekerja dengan logika efisiensi dan efektivitas. Dengan mempercepat waktu pembelajaran, pendidikan kemudian lebih mirip dengan proses pembuatan sabun, mengeluarkan dalam jumlah banyak tanpa perbedaan sama sekali. Swastanisasi ini lah yang menjadi biang keladi terutama ketika memasuki dunia pendidikan, ada kepentingan yang menyelinap dari kalangan pemodal utamanya ketika mendirikan sekolah, seperti sebuah pabrik sekolah akan menghasilkan makhuk yang namanya bermacam-macam, yang normal memang akan menghasilkan lulusan yang bisa berbuat apa saja, yang mengejutkan akan mengeluarkan anak didik yang memiliki kepedulian tinggi atas banyak masalah, tapi yang umum akan cetuskan pengangguran. Tapi mana peduli sekolah dengan lulusannya yang berkarir sebagai penganggur. Sekolah memang bukan monster yang haus akan uang, tapi yang benar sekolah memang terus menerus memerlukan biaya. Dari tahun ke tahun sekolah menaikkan ongkos dengan alasan yang bermacam-macam.

Begitulah dunia pembelajaran kemudian menjadi tempat yang mahal, pendidikan menjadi aktivitas yang sulit untuk diakses setiap orang. Tiap kali disusun usaha untuk melawan komersialisasi sekolah maka serangan balik muncul. Ada yang menganggap sekolah mahal itu memang syarat mutlak jikalau ingin maju. Disekeliling lingkungan pendidikan terbentuk anggapan bahwa mutu terdapat dalam mekanisme penyusunan materi dan bagaimana metodologi pengajaran disajikan. Makanya sejak dini anak diberi beban yang menakjubkan, beban itu bukan hanya berbentuk pelajaran melainkan juga uang iuran yang beraneka ragam. Sekolah harusnya murah, agar terjangkau setiap warga Negara, karena memang itu hak yang harus di tunaikan Negara sebagai bagian dari kontrak sosial yang dibuat dalam bentuk konstitusi.


Sekolah harusnya murah tuan
Agar kami yang ingin pintar tak harus kepayahan
Lebih buruk, kami ambruk sebelum sampai tujuan
Sekolah harusnya murah tuan
Karena mendidik kami yg miskin adalah kewajiban, 
itu tujuan Negara didirikan, 
yang bapak2 pendiri bangsa ini inginkan…
Negara berdaulat juga bermartabat, oleh karenanya kami harus pintar tuan…

0 komentar:

Post a Comment