Aku
selalu ingin tersenyum saat menatap dirimu. Bukan karena apa-apa, saudariku.
Entah
mengapa aku merasa masa depan yang cerah sedang menunggumu. Disana terdapat
salah seorang saudaraku. Wajahnya berseri. Senyum ramah tersungging diwajahnya
yang bersinar laksana purnama penuh.
Tidak…,
aku tidak tahu siapa dia. Yang kutahu dia adalah saudara muslimku. Seorang
mukmin. Lagi mukhlis. Yang berani berkata “ya” pada hal-hal yang haq. Dan
berani berkata “tidak” pada hal-hal yang bathil. Yang memiliki loyalitas hanya
kepada Allah.
Sungguh!
Kuingin dia menjadi milikmu, saudariku!!
Ledakan-ledakan
tekad kulihat memenuhi dadanya. Ia tidak perduli dengan orang yang
sliwar-sliwer disekitarnya. Dan mereka pun tidak perduli padanya. Malaikat
mendoakannya dan memohonkan ampunan dan rahmat Allah untuknya. Bidadari
merindukannya. Sungguh orang yang mulia.
Ia
adalah calon imam yang baik. Mujahid yang tangguh. Dialah salah seorang
diantaranya yang kuharapkan mewujudkan mimpi-mimpiku disaat aku syahid duluan.
Dan dialah yang benar-benar kuharapkan berdiri disampingku dalam perjalanan
perjuanganku.
Demi
Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya!!!
Aku
tidak memiliki harapan apapun mengenai dirimu selain hal ini. Dengan keluasan
ilmunya, ia akan membimbingmu. Dengan semangat hidupmu, kau akan selalu
mengobarkan semangatnya. Sungguh pasangan yang sangat serasi…
Kau
adalah wanita orang-orang besar. Aku sangatlah tak pantas untukmu. Lebih baik
aku menyingkir dan memberi jalan bagi saudaraku untuk meminangmu….
- Faiz Algar -
0 komentar:
Post a Comment